Video Of Day

ads

Selayang Pandang

Kerajaan Balok - Part 9

BAB VIII
ASAL USUL NAMA KERAJAAN BALOK

Nama pulau Belitung sudah tercatat dalam sebuah peta terbitan Roma tahun 1580. Peta karya Giacomo Gastaldi tersebut berjudul Il Disegno Della Terza Parte Dell' Asia [Gastaldi's Wall Map of SE Asia with extra panels!].
Kemudian Belanda juga sudah mencatat hubungan perdagangan antara Batavia dan Belitung sejak tahun 1640. Pada tahun 1668, utusan VOC bernama Jan De Harde mengunjungi pulau ini dan membuat laporan perjalanannya.
Namun sejauh ini tidak ditemukan penyebutan nama kerajaan Balok dalam sejumlah literatur tersebut. Dalam laporannya, Jan De Harde menulis keberadaan sebuah lokasi bernama Boacko dan sebuah sungai dengan sebutan sungai Baalko.
Menurut Jan de Harde, lokasi Boacko adalah tempat kedudukan pemimpin pulau Belitung yang bertindak sebagai wakil dari Palembang. Namun ada pula orang bergelar Kiayaria yang ikut berkuasa di Belitung.
Dalam arsip VOC abad ke-18 juga tidak dikenal nama kerajaan Balok. Umumnya Belanda hanya mengenal Belitung sebagai sebuah pulau yang namanya ditulis dalam berbagai versi penulisan.
Pada tahun 1759, Residen dari Palembang bernama De Heere berkunjung ke Belitung. Tak seperi Jan De Harde, sang Residen tampak tidak mengunjungi teluk Balok atau sungai Balok. De Heere hanya mengunjungi daerah sekitar Tanjungpandan dan pulau Mendanau. De Heere memastikan bahwa terdapat sebuah pemerintahan di pulau Belitung. Namun tidak disebutkan nama kerajaan Balok sebagai institusi pemerintahan yang dimaksud.
Memasuki abad ke-19, para penjelajah Belanda juga tidak sekalipun menyebut nama kerajaan Balok saat mengunjungi pulau Belitung. Hal yang sama juga berlaku di abad ke-20, di mana nama kerajaan Balok tidak pernah disebutkan dalam literatur-literatur terbitan Belanda.
Singkat kata, nama kerajaan Balok baru muncul dalam literatur lokal Belitung sejak era kemerdekaan Indonesia. Beberapa di antaranya yakni dalam buku Sejarah Pulau Belitung (1979) karya Salim YAH dan Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di Bangka Belitung (1983) karya Husnial Husin Abdullah. Pemunculan nama kerajaan Balok dalam literatur tersebut dilakukan tanpa menyebutkan refrensi tertentu. Sebab, nama kerajaan Balok sebetulnya adalah nama sebuah kerajaan yang muncul dalam budaya lisan masyarakat Belitung secara turun temurun.
Masyarakat Belitung dalam budaya lisannya mengenal satu masa di mana pulau Belitung pernah dikuasai oleh Raja-raja Balok. Istilah ‘Raja Balok’ muncul karena raja-raja tersebut berkedudukan di sungai Balok. Maka itu keberadaan Raja-raja Balok menjadi dasar lahirnya nama kerajaan Balok dalam budaya lisan masyarakat lokal.
Cerita rakyat Belitung mengenai Raja Balok tercatat dalam buku Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, Dell XXXIV yang diterbitkan Albrecht&Rusche di Batavia 1891. Dalam buku tersebut terdapat tulisan berjudul Billitonsch verhaal omtrent de invoering van den Islam op het eiland Billiton. Isinya mengenai cerita rakyat Belitung tentang penyebar agama Islam di pulau Belitung yang dikenal dengan nama Datuk Gunong Tajam. Tulisan itu ditulis menggunakan huruf latin dalam bahasa Belitong kuno. Tidak disebutkan siapa penulis tulisan tersebut. Satu-satunya keterangan menunjukkan bahwa tulisan itu dimuat di Batavia pada 1 Desember 1889. Nama Raja Balok secara jelas ditulis sebanyak dua kali dalam tulisan tersebut. Bentuk penulisannya yakni radjÄ› Balok dan radje Balok. Salinan dari cerita ini akan dimuat secara utuh dalam bab lampiran.  Namun yang jelas, berdasarkan literatur ini dapat diketahui bahwa secara lisan, masyarakat Belitung memang pernah mengenal keberadaan Raja Balok sebagai seorang raja di pulau Belitung.
 Kesimpulan yang dapat diambil yakni Raja Balok maupun kerajaan Balok adalah dua nama yang muncul dari dalam budaya lisan masyarakat pulau Belitung. Sedangkan dunia luar tidak mengenal kedua nama tersebut. Masyarakat luar, khususnya Belanda umumnya mengenal kerajaan Balok dengan nama Belitung. Penulisan nama Belitung sendiri juga ditulis dalam berbagai versi tulisan, seperti Bilitong, Billiton, Blitong, dan Blitung.
Bila merujuk pada stempel yang dikeluarkan oleh Depati, maka kerajaan ini secara resmi menamai dirinya Billiton. Sebab dalam stempel tersebut terdapat tulisan ‘DEPATI TJAKRA NINGRAT. BILLITON.’ Depati Tjakra Ningrat adalah gelar yang disandang oleh Depati sebagai seorang penguasa. Sedangkan Billiton adalah nama wilayah yang berada dalam kekuasaannya.

Stempel Depati Cakraningrat. Sumber: repro/Gedenkboek Billiton Jilid 2, (1927) hlm 218.



Baca sambungannya :
Kerajaan Balok - Part 1
Kerajaan Balok - Part 2
Kerajaan Balok - Part 3
Kerajaan Balok - Part 4
Kerajaan Balok - Part 5
Kerajaan Balok - Part 6
Kerajaan Balok - Part 7
Kerajaan Balok - Part 8
Kerajaan Balok - Part 10