Video Of Day

ads

Selayang Pandang

Tiga Ilmu Kebatinan di Belitong yang Ditulis Tahun 1933


PETABELITUNG.COM - Dalam artikel “Opstellen in het Maleisch van Belitong” yang dimuat di lektur Tijdschrift voor Indische Taal, Land, en Volkenkunde (1933), diterangkan bahwasanya orang Belitung mengenal tiga ilmu kebatinan. Penjelasan tentang ilmu kebatinan orang Belitung tersebut, diterangkan dalam subbagian artikel ‘Tige Ilmoe Bathin Kepetjaja’-an Oorang de Belitong’. Berikut penjelasan soal tiga ilmu batin kepercayaan orang Belitung:


·       Kedaong

Pada artikel “Opstellen in het Maleisch van Belitong”, diterangkan bahwasanya orang Belitung membayangkan kedaong sebagai burung gagak berbulu hitam legam mengkilat. Menurut riwayat orang Belitung zaman dulu, asal muasal kehadiran kedaong di Belitung, bermula dari seorang suami yang tidak sengaja memakan tembunek[1] anaknya (1933: 340-343).

Bagi orang Belitung, kemunculan burung kedaong sangat berbahaya. Hal ini dikarenakan dalam riwayatnya, kedaong kerap membunuh manusia, lebih-lebih anak kecil (bijak-bijak ketji’) yang tengah masa menyusui. Orang Belitung memiliki pantangan untuk tidak menyebut terlalu sering kata “kedaong” (oesa endak gila’ aria njeboote’ boen kedaong[2])

Oleh karena itulah, tak ayal, burung kedaong sering dijadikan peliharaan oleh sebagian masyarakat. Sang majikan kerap memanfaatkan kedaong hanya untuk membunuh musuh atau orang-orang yang menyakiti hati sang majikan. Biasanya, burung kedaong akan dikirim oleh empunya (sang majikan) pada malam hari. Manusia yang terkena serangan kedaong, umumnya menampakkan tanda-tanda, seperti kaki dan tangan menggelepar serta mata yang melotot terpejal (1933: 343).

Terkait dengan perawatan kedaong, bisa dikatakan gampang-gampang susah. Sang majikan hanya perlu menyediakan beras koenjit, ati ajam itam, kelapa’ no’ agi bang tempoeronge, koen lilin poete doewa’ batang[3] sebagai pakan kedaong. Pemberian pakan kedaong ini, harus dilakukan pada tengah malam dan tidak boleh dilihat oleh sesiapa pun (1933: 344).

Poelong

Orang Belitung membayangkan poelong sebagai makhluk berapi yang bisa terbang. Api pada poelong mirip dengan api pembakaran belerang (api yang berwarna merah bercampur hijau dan biru). Saat terbang, poelong juga bisa berwujud sepenggal kepala manusia beserta isi perutnya yang berjuntai. Walaupun sama-sama bisa terbang, antara kedaong dan poelong merupakan dua makhluk yang berbeda. Perbedaan antara kedaong dan poelong dijelaskan pada gambar di bawah ini.

Sama seperti kedaong, makhluk poelong juga kerap membunuh manusia. Oleh karena itulah, poelong sering dijadikan peliharaan oleh sebagian orang Belitung. Pada artikel “Opstellen in het Maleisch van Belitong”, juga diterangkan bahwasanya perawatan poelong juga tidak jauh berbeda dengan kedaong. Penjelasan lebih rinci soal perawatan poelong, bisa dilihat pada gambar penggalan artikel di bawah ini.

Makhluk poelong biasanya dikirim oleh sang majikan pada malam hari, untuk menghabisi para musuh atau orang yang telah menyakiti hati sang majikan. Orang yang terkena serangan poelong, biasanya akan mengalami gejala, seperti merasakan hembusan angin kecil seolah-olah ada yang meniupnya. Lalu, orang tersebut juga akan merasa telinganya menjadi dingin, mata berkunang, kepala pening, dan perut mual seperti hendak muntah. Menurut kepercayaan orang Belitung, apabila seseorang telah mengalami gejala yang demikian, orang tersebut harus segera dibawa ke dukun khusus. Sang dukun akan merapalkan jampi-jampi sebagai bentuk penanganan pertama (first aid) dari serangan poelong (1993: 346-347)

·       Pendinding

Pada artikel “Opstellen in het Maleisch van Belitong”, disebutkan bahwasanya penganut ilmu kebatinan di Belitung cukup banyak (1933: 348). Dikarenakan penganutnya sering menyalahgunakan ilmu kebatinan, maka orang Belitung kemudian juga mengembangkan ilmu penjaga badan sebagai penangkalnya. Ilmu penjaga badan tersebut dikenal dengan nama pendinding. Ilmu pendinding ini meliputi berbagai ragam rapal jampi dan serangkaian ritus yang harus dijalankan oleh orang yang hendak memakainya.

Secara umum, ilmu pendinding terbagi dalam dua jenis. Jenis yang pertama, ilmu pendinding yang hanya untuk penjaga diri sendiri, sedangkan yang kedua, pendinding untuk menjaga orang lain. Ilmu pendinding, apa pun jenisnya—sangat berguna untuk mengembalikan penakalan (poelong atau kedaong) sehingga balik menyerang majikan yang mengirimnya.(*)



[1]Istilah lokal Belitung untuk menyebut ari-ari.

[2]Kutipan tentang pantangan terkait kedaong pada artikel Opstellen in het Maleisch van Belitong

[3]Mengikuti ejaan asli pada artikel


Penulis: Dony A. Wijaya

Editor : Wahyu K

Sumber: petabelitung.com