Video Of Day

ads

Selayang Pandang

Telusuri Tari Mancak Belitong yang Punah, dari Alam Minangkabau Sampai ke Pulau Selayar di Sulawesi Selatan


PETABELITUNG.COM - Tari Mancak adalah salah satu kesenian yang sering dicatat oleh para peneliti Belanda ketika berkunjung ke Pulau Belitung. Namun kesenian ini sudah lama punah dari bumi Belitong dan namanya hampir tak pernah terdengar lagi oleh generasi millennial.

Tari Mancak biasa dipentaskan dalam penyabutan tamu. Tradisi pesta rakyat dan penyambutan tamu-tamu istimewa dengan pementasan tari-tarian ternyata sudah ada di pulau Belitung setidaknya sejak abad ke-19.

Tanggal 13 Juli 1851 J.F. Loudon mencatat sebuah nama tarian penduduk lokal Belitung. Loudon menulis tarian itu dengan nama "Mancak".

"Tarian bumiputra “mancak”, menarik; beberapa pasangan berdansa dengan pedang terbuka, semacam perkelahian pura-pura," kata Loudon dalam tulisannya yang dipublikasikan di Belanda tahun 1883.

Seorang peneliti geologi Belanda bernama Cornelis de Groot juga menyebutkan jenis tarian yang sama. De Groot adalah rekan Loudon yang bersama-sama merintis pertambangan timah swasta di Belitong pada tahun 1851.

Namun De Groot menyebut tarian itu dengan istilah "main pedang". Simak keterangan De Groot tentang kesenian itu berikut ini :

"Disamping pesta perayaan rumah masih ada perayaan umum, yang rupanya makin jarang. Dalam tahun 1851 Dipati di Benteng untuk menghormati bangsa Eropa yang ada di pulau, mempertunjukkan suatu “main pedang” dilakukan oleh beberapa pribumi yang terampil dalam perdagangan senjata, yang dalam lingkungan besar ditempatkan berdua, yang bertanding, saling bergantian jadi penyerang dan pembela diri. Mereka mempertunjukkan keterampilannya,"

"Tari senjata diadakan dengan pedang betul-betulan dan dengan iringan musik," tambah De Groot dalam bukunya yang diterbitkan tahun 1887.

Insinyur tambang timah P.H. Van Diest juga menulis tari pedang dalam artikelnya yang dipublikasikan tahun 1874. Menurut Van Diest, tari pedang biasa dipentaskan dalam acara pernikahan adat masyarakat Belitung.

"Perkawinan biasanya diakhiri dengan pesta sederhana, makan bersama, dimana beberapa ekor ayam disembelih, setelah itu masing-masing wanita muda melakukan tarian kaku secara bergantian, yang sebenarnya terdiri dari mengambil posisi berbeda dengan perlahan mengayunkan tubuh dan membesarkan lengan, sementara para pemuda, dalam kelompok empat, biasanya melakukan tarian pedang, ditandai dengan gerakan yang sangat cepat, dimana seseorang berinteraksi satu sama lain, tetapi menghindari setiap tebasan dengan tikungan dan belokan cepat,".

Sulit mendapatkan narasumber lokal untuk menggali sejarah maupun budaya tari Mancak di Belitong. Sebab seperti yang telah disebut diawal, kesenian ini telah lama punah dari bumi Belitong. Namun penelusuran tentu tidak akan berhenti. Era digital memungkinkan pencairan informasi melalui internet. Melalui media tersebut pencarian bisa dilakukan untuk mencari kesamaan yang mungkin saja terdapat di luar Pulau Belitung.

Hatta. Penelusuran internet kemudian membawa kami ke Alam Minangkabau. Lokasinya berada di Nagari Pauh IX Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Di sana terdapat sebuah tarian dengan nama yang mirip yakni tari "Mancak Padang".

Keterangan tentang tari "Mancak Padang" ini bisa diperoleh dalam sebuah makalah berjudul "Upaya Pengembangan Tari Mancak Padang di Nagari Pauh IX Kecamatan Kuranji Kota Padang". Makalah tersebut disusun oleh Fani Putri Anggraini, Herlinda Mansyur, Susmiarti dari Program Studi Pendidikan Sendratasik, FBS Universitas Negeri Padang. Makalah ini dipublikasikan dalam E-Jurnal Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang, Vol 2 No 2 2014 Seri B. Simak kutipan tentang tari "Mancak Padang" berikut ini :

"Tari “mancak” sebagai suatu tradisi di Nagari Pauh yang sekarang berasal dari kata tari “Pancak” (bahasa indonesia “pencak”), yakni tari yang dikembangkan dari “Pencak Silat”. Tari Mancak atau tari Pencak merupakan gerak-gerak tari yang berakar dari gerak Pencak Silat, dengan arti kata gerak silat yang sudah distrilisasi menjadi gerek tari, sehingga dinamakan tari “Mancak”. Dan padang (pedang) adalah properti dalam tari Mancak Padang,".

Namun tarian Mancak Padang tampaknya lebih cendrung digelar pada acara-acara perguruan silat. Contohnya dalam adat Urak Balabek yakni suatu proses pengangkatan guru tuo didalam semua keguruan (sasaran), yang mana semua sasaran berkumpul dan dipilihlah pemimpin tertingginya adalah seorang penghulu yang diangkat secara adat dalam sebuah upacara disebut Urak Balabek.

Dari Alam Minangkabau, penelusuran jejak tari Mancak Belitong kemudian membawa kami ke sebuah negeri berjuluk "Tana Doang" yakni Kabupaten Kepulauan Selayar di Provinsi Sulawesi Selatan. Julukan Tana Doang bukan berarti "cuma tanah aja", tapi maknanya adalah tanah tempat orang berdoa. Dulu para pelaut sering berdoa di Selayar saat hendak melanjutkan perjalanan baik ke barat maupun ke timur untuk keselamatan pelayaran mereka.

Baik. Di Kabupaten Selayar ini terdapat tari dengan nama yang sama seperti di Kota Padang, yakni tari Mancak Padang. Namun deskripsi tarian di Selayar tampak lebih dekat dengan yang kita temui di Pulau Belitung.

Simak deskripsi tari Mancak Padang di Selayar yang kami kutip dari situs ayokeselayar.com. Kutipan diambil dari artikel berjudul Manca Pa’dang : Seni Bela Diri Rakyat Selayar diposting 20 September 2014 :

Dahulu kala, Manca’ Pa’dang di gelar pada pesta-pesta rakyat seperti pesta perkawinan atau sunatan. Hanya saja, saat ini sudah sangat jarang kita menemui kesenian khas Selayar ini dipertontonkan. Kadang-kadang Manca’ Pa’dang hadir pada seremoni peringatan HUT Selayar atau acara lain yang diselenggarakan pemerintah setempat.

Dokumentasi atraksi Manca Pa’dang pada zaman Hindia Belanda. sumber: ayokeselayar.com

Atraksi Manca’ Pa’dang sudah ada saat zaman penjajahan Belanda ( sekitar tahun 1932 ). Bukti itu bisa ditemui pada dokomentasi milik pemerintahan Belanda yang masih bisa ditemui hingga kini. Dengan gerakan yang cepat dan atraktif, Manca’ Pa’dang menjadi tontonan menarik dan bisa memacu adrenalin anda. Tidak jarang mata pedang yang digunakan, nyaris mengenai lawan. Atau pedang saling beradu dan mengeluaran bunyi seperti di film-film silat yang kerap anda tonton. Dalam pertunjukan Manca’ Pa’dang, hampir selalu diiringi dengan tabuhan gendang dan gong yang membuat tontonan itu semakin menegangkan. Jika anda berkunjung ke Selayar pada acara-acara yang digelar pemerintah setempat, Manca’ Pa’dang dipastikan hadir menjadi salah satu item acara.

sumber: ayokeselayar.com

Bagaimana kaitan Belitung dengan Pulau Selayar? Mungkin ini seperti yang disebut oleh Cornelis de Groot sebelumnya tentang asal usul keturunan Urang Darat, bumiputra Pulau Belitong. Simak kutipannya berikut ini :

"Penduduk Melayu di pulau Belitung adalah sangat tercampur. Umumnya mereka menengah dan berbadan kecil. Orang bicara tentang penduduk asli pulau Belitung dan orang asing, tetapi saya yakin akan sulit menunjukkan bangsa Blitong murni.

Mungkin di zaman dulu kala Blitong adalah koloni Melayu dan kaum kolonis adalah yang pertama menjadi penduduk asli pulau ini. Darimana mereka berasal, apakah dari satu suku dan apa mereka bercampur, adalah sulit ditetapkan. Di tengah abad lalu orang bicara tentang pedagang asing yang tinggal di Tanjung-Pandang (Tanjungpandan) dan tentang orang gunung dari pedalaman, tapi apa yang dimaksud penduduk asli harus diragukan.

Bahasa Melayu yang dipakai di pedalaman menunjukkan secara umum menandakan keturunan Melayu dari Orang Darat, tetapi yang pasti adalah, bahwa sebagian besar mereka berasal dari orang Melayu residensi Palembang dan pantai timur Sumatera, dari pulau-pulau yang termasuk residensi Riau, dari Bangka, negara Sukadana di pantai barat Borneo dan dari Simenanjung Melayu, sedangkan yang lainnya terkenal sebagai turunan dari Selebes-Selatan (Mangkasar dan Bugis) dan dari pantai Koromandel (keling) dan semuanya baru atau lama kemudian masuk jadi Orang Darat dari Blitong,"

Berdasarkan keterangan Cornelis de Groot diketahui bahwa yang disebut Orang Darat atau Urang Darat di Belitong ternyata juga keturunan dari Selebes Selatan. Seperti yang diketahui, Pulau Selayar berada tepat di selatan Pulau Sulawesi. Nama dan bentuk pulau ini mengingatkan kita pada sebutan ikan marlin dalam bahasa Belitong yakni ikan Selayar. 

Pulau Selayar juga disebut bagian dari jalur rempah menuju Maluku. Fungsinya sama seperti Belitong, yakni sebagai tempat beristirahat sambil menunggu waktu yang tepat untuk melanjutkan pelayaran. Komoditi yang terkenal dari Selayar sejak zaman kolonial adalah kopra, sebuah produk yang sama seperti yang dihasilkan Belitong dulu selain timah. Dari tari Mancak yang punah di Belitong kita kemudian menemukan galur di jalur rempah. Salam untuk kerabat di Alam Minangkabau dan di Tana Doang dari Belitong, negeri Bertuah. Semoga bermanfaat.(*)

Penulis: Wahyu Kurniawan

Editor : Wahyu Kurniawan

Sumber: petabelitung.com