Video Of Day

ads

Selayang Pandang

7 Lokasi Tambang Timah Pertama di Distrik Tanjungpandan

PETABELITUNG - Buku yang bertajuk De Tinmijnen op Billiton Tot Ultino 1861 (1862) memuat kisah menarik soal awal eksploitasi masif timah di Belitung. Dalam buku tersebut dimuat pelbagai lokasi tambang timah pertama yang dibuka oleh para pemegang konsesi, yaitu John Loudon, dkk. 

Lokasi tambang pertama itu berada di Distrik Tanjungpandan dan Distrik Sijuk. Dari buku De Tinmijnen op Billiton Tot Ultino kita bisa mengetahui bahwasanya banyak lokasi tambang yang dibuka justru malah menuai kerugian bagi para pemodal. Masa operasi lokasi tambang itu pun kemudian tidak bertahan lama. Oleh karena itu, menarik untuk ditelisik lebih jauh soal riwayat singkat lokasi tambang tersebut. 

Untuk tahap awal, akan dipaparkan terlebih dahulu tujuh lokasi tambang pertama yang berada di Distrik Tanjungpandan. Berikut penjelasan tujuh lokasi tambang itu, lengkap dengan jumlah produksi timahnya:

1.      Pauhin

Lokasi tambang Pauhin mempunyai nama lain, yakni Lan Fan Hin. Akan tetapi, Cornelis de Groot lebih suka menyebutnya lokasi tambang Prins Hendrik. Jarak lokasi tambang ini sekitar 3 pos (palen) dari kota utama Tanjungpandan. Distrik tambang ini pertama kali dibuka pada September 1851 dan digarap oleh 50 orang Cina Hokloh (Hokkien) yang didatangkan dari Singapura oleh Baron van Tull. Pada dua bulan pertama, pertambangan di Pauhin menggunakan teknik hidraulika (waterbouwkunst) atau metode Amerika.

Jumlah produksi timah lokasi tambang Pauhin sebagi berikut:

·         1853: 68,62 pikul[1]

·         1855: 150,96 pikul

·         1856: 79,74 pikul

Semenjak tahun 1856, kandungan timah semakin menyusut sehingga kemudian aktivitas tambang di Pauhin ditarik.

2.      Tetchin

Lokasi tambang Tetchin dibuka pada Januari 1852. Lokasi tambang Tetchin berada di Sungai Rembing (rivier Rembing) atau sekitar 3 pos (palen) dari Tanjungpandan. Tetchin dikelola oleh kuli kolong China-Malaka yang langsung berada di bawah araha den Dekker. Lokasi tambang Tetchin tidak bertahan lama. Pada Agustus 1854, lokasi tambang ini ditinggalkan karena kandungan timahnya yang ternyata sedikit atau miskin. Kuli kolong yang bekerja di Tetchin kemudian beralih ke lokasi tambang Pauhin. Diketahui produksi timah di Tetchin pada tahun 1853 hanya mencapai 23,05 pikul.

3.      Njathin

Njathin berlokasi di Sungai Klapakra (rivier Klapakra) atau berjarak sekitar 4,5 pos dari pusat Kota Tanjungpandan. Lokasi Njathin dibuka pada Januari 1852 dan disetujui oleh Heijdeman, Kepala Pemerintahan Belitung (hoofd-administratie van Billiton) yang baru dipindahkan dari Bangka. Para pekerja tambang ini sebagaian besar merupakan kuli China yang didatangkan dari Bangka. Pada tahun 1961, kuli tambang yang menggarap Njathin berjumlah 8 orang. Kolong tambang ini tidak terlalu kaya untuk menanggung biaya operasi yang cukup besar. Oleh karena itulah, sejak pertama kali dibuka jumlah kuli tambang terus dikurangi yang awalnya berjumlah 17 kuli tambang. Berikut jumlah produksi timah yang dihasilkan oleh tambang Njathin:

·         1853: 133,17 pikul

·         1854: 86,46 pikul

·         1855: 106,54 pikul

·         1856: 159,63 pikul

·         1858: 169,5 pikul.

4.      Sinlie

Dibuka pada April 1852, lokasi tambang Sinlie tidak bertahan lama. Lokasi tambang yang terletak di Ajer (Air) Laboeloear ini ditutup pada tahun 1854 karena terlalu banyak menghasilkan timah yang halus atau kopong. Juga praktis tambang Sinlie hanya menghasilkan hutang bagi para pemodal; Den Dekker dan Baron Van Tuyll. Diketahui bahwasanya jumlah produksi timah yang dihasilkan Sinlie pada tahun 1853 hanya 16,46 pikul.

5.      Fosoen

Lokasi tambang yang dibuka pada September 1852 ini berada di daerah Ajer (Air) Djambingan atau sekitar 7 pos (palen) dari Tanjungpandan. Foeson kemudian berhenti operasi sekitar awal 1854 karena kandungan timah yang kopong. Para pemodal kemudian mengalihkan usahanya ke lokasi tambang timah baru, yaitu Djietjong yang berlokasi di Air Seburik (November 1854).

6.      Sunhap

Lokasi tambang Sunhap (September 1852) berada di Ajer Lagoendi atau 2,5 pos (palen) dari pusat Kota Tanjungpandan. Sama ihwalnya seperti tambang yang lain, lokasi Sunhap ini juga pada akhirnya hanya akan menghasilkan hutang bagi para pemodal. Oleh karena itulah kemudian, tambang Sunhap dialihkan kepemilikan ke kongsi China pada 17 November 1857. Berikut jumlah produksi timah yang dihasilkan oleh lokasi Sunhap:

·         1854: 29,58 pikul.

·         1855: 65,08 pikul

·         1856: 21,80 pikul

·         1858: 97,47 pikul

Pada Desember 1859, kepemilikan Sunhap diambil alih oleh seorang China yang bernama Tjang Yam. Selanjutnya, Tjang Yam mengganti nama Sunhap menjadi Tjonghin.

7.      Samhin

Lokasi tambang ini berada di Ajer Assamlobang atau sekitar 5 pos (palen) dari Tanjungpandan. Samhin dibuka pada Januari 1853 oleh Amoy seorang Cina Bangka. Amoy kemudian menjadi kepala tambang di Samhin dengan gaji 12 Dolar/bulan. Pada awalnya, Amoy bekerja dengan 3 orang kuli tambang yang datang dari Sijuk karena memiliki total hutang 540,89 Gulden. Kemudian pada tahun 1854, tambang Samhin kedatangan 1 orang penambang dari lokasi Foesoen. Berikut jumlah produksi timah yang dihasilkan oleh lokasi tambang Samhin:

·         1854: 104,77 pikul

·         1855: 37,66 pikul

·         1856: 46,03 pikul

·         1858: 16,47 pikul

·         1860: 63,77 pikul 



[1]Satu pikul berbobot 62,5 kg.

Gambar ilustrasi: Sketsa Kolong abad ke-19 di Belitung. Sumber: Schets van de Bewerking en de Huishoudelijke Inrichting der Tijmen op Billiton door FWH. von Hedemann, 1868


Penulis : Wahyu Kurniawan

Editor : Wahyu Kurniawan

Sumber: petabelitung.com