Video Of Day

ads

Selayang Pandang

Menelisik Sejarah Distrik Tambang Timah Manggar, Ada Kisah Perselisihan Antar Pejabat

PETABELITUNG.COM - Penggarapan tambang no.1 Meranteh Distrik Lenggang dilakukan oleh para pekerja dari tambang No.7 Chinhin di Air Tikus Distrik Sijuk. Keterangan ini ditulis oleh Kepala Administratur Hedemann dalam buku berjudul De Tinmijnen op Billiton Tot Ultino 1861.

Pada tahun 1862 ditemukan alur kuningan di Meranteh yang menyebabkan tambang No.1 itu ditinggalkan. Sebab pengotoran kuningan pada timah dianggap akan mengurangi mutunya. 

Beda informasi yang disampaikan oleh Datuk Entjik Mohammad Arsyad bin Entjik Landoed dalam karya sastranya berjudul Saer Perjalanan Toen JF Den Dekker dan anaknya L.Den Dekker. Syair yang ditulis tahun 1884-1888 itu disalin ulang oleh Salim YAH (9 Maret 2006). Pada bait ke 42 sampai 55 disebutkan bahwa tambang nomor satu di Distrik Lenggang adalah Air Tebu. 

”Soewatoe tempat moela ditoedjoe

Anak soengai namanja Air Teboe

Diperiksalah tanah air itoe

Dapatlah pasir timah njatalah tentoe,”


"Njatalah timah roepa dipandang

Padoeka Toean soeka boekan kepalang

Teroes memeriksa Air Keloewang

Terdjoempa djoega timah terbilang,"


Demikian tulis Datuk Entjik Mohammad Arsyad bin Entjik Landoed, (Bait ke-42 dan 43, 1884-1888).

Selanjutnya dalam bait ke-55 disebutkan bahwa pasca membuka kampung di Sungai Lolo, Den Dekker kembali ke Lubuk Batu. Di wilyah itu dia membuka parit nomor 1 yang disebut Air Tebu.

”Soedah djadi kampoeng disitoe

Padoeka toeanpun berpoelang ke Loeboek

Memboeka parit ijang noemor satoe batoe

Dipanggil namanja Air Teboe,”

Lokasi Air Labu (panah biru) dan Air Keluang (panah merah). Sumber: peta Cornelis de Groo, 1887. repro by pertabelitung.com

Kemungkinan tambang parit no.1 yang dimaksud dalam syair adalah tambang eksplorasi. Sebab Hedemann melaporkan di Distrik Lenggang terdapat tujuh lokasi yang pertama dieksplorasi. Namun kemudian hanya empat lokasi yang dieksploitasi. 

Kemungkinan lain juga bisa disebabkan oleh ego sektoral antara Den Dekker dan Hedemaan. Secara struktural, jabatan Den Dekker adalah Kepala Distrik Tambang, sedangkan Hedemann adalah Kepala Administratur yang membawahi para Kepala Distik. 

Namun seperti yang diketahui, Den Dekker adalah seorang bumiputra asal Manado yang menjadi salah satu pionir perusahaan. Ia bersama ikut bersama Loudon merintis pembukaan tambang timah sejak tahun 1851.

Perselisihan di antara kedua pejabat tinggi ini terungkap ketika kedatangan Cornelis de Groot tahun 1862. Menurut de Groot dalam bukunya, nama dan ibukota distrik tambang di Belitung bagian timur sejak awal sudah menjadi perdebatan antara Hedemann dan den Dekker. Hedeman menyebut distrik tersebut dengan nama Lenggang, sedang den Dekker menyebut distrik yang dipimpinnya adalah Distrik Burong Mandi. 

Akibat perselisihan Hedemann dan den Dekker, nama distrik baru di wilayah timur sempat dikenal dengan nama Distrik Burong Mandi-Lenggang.  Penamaan itu dilakukan atas saran Cornelis de Groot. Selain itu de Groot juga menyarankan agar ibukota distrik baru tersebut ditempatkan di Manggar. Menurut de Groot, saran ini diterima seiring ditemukannya lokasi baru di Manggar yang lebih kaya dibandingkan dengan Lenggang dan Burong Mandi.

Pada tahun 1866 Cornelis de Groot yang berstatus pensiunan pegawai pemerintah ditunjuk oleh para komisaris NV. BM sebagai wakil perusahaan (Tuan Kuase). Artinya jabatan de Groot saat itu berada di atas Hedemann. De Groot menerapkan kebijakan penghematan dengan memangkas gaji para pejabat tinggi. Dalam buku Gedenkboek Billiton 1852-1927 Eerste Deel terbitan tahun 1927 disebutkan bahwa kebijakan ini membuat Hedemann memilih mengundurkan diri.

Pada tahun yang sama yakni 1866 Distrik Tambang Burong Mandi-Lenggang diubah menjadi Distrik Manggar. Baru pada tahun 1881 Distrik Lenggang ditetapkan sebagai distrik tersendiri dengan ibukotanya di Gantung. Perubahan ini bisa kita lihat dalam lampiran buku Billiton-Opstellen karya P.H. van der Kemp yang diterbitkan di Batavia tahun 1886. (*)

Penulis : Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber: petabelitung.com