Video Of Day

ads

Selayang Pandang

Ternyata Beliau Kupa ini Tinggal di Belitung Timur, Sempat Tenar Zaman Belanda dan Namanya Dikenal Sampai Australia


PETABELITUNG.COM - Kalian masih ingat dengan sosok ini? Beliau ini bernama Kupa.
Ia adalah seorang lelaki Belitong yang disebut sebagai 'orang yang luar biasa' oleh media di Autralia abad ke-19.
Ulasan pengantar tentang beliau ini sudah pernah kami muat pada Januari 2019 lalu. Silahkan klik link artikelnya di bawah ini :

Sosok Pria Belitung Ini Muncul di Majalah Terbitan Australia Tahun 1866 Dianggap Orang yang Luar Biasa

Baik.
Sekarang kita mulai mengulas tempat tinggalnya.
Sumber-sumber sebelumnya hanya menyebutkan sosok heroik Kupa sebagai seorang negosiator.
Banyak orang yang telah ia bebaskan dari tawanan bajak laut.
Ia dikenal sebagai penduduk lokal Melayu Belitung.
"Setelah melalui petualangan yang luar biasa dan eksploitasi yang berani, ia berhasil mendapatkan pembebasan lebih dari empat puluh orang, yang telah dibawa (bajak laut) dalam berbagai waktu. Untuk layanan ini ia secara terbuka dihadiahi medali perak yang besar, dan ucapan terima kasih dari Pemerintah Belanda,"
Demikian kutipan dari sebuah majalah bernama 'The Australian News for Home Readers', edisi 20 Juli 1866 halaman 8.
Namun tidak disebutkan di mana tempat tinggal beliau di Belitung.
Sampai kemudian beberapa waktu lalu petabelitung.com menemukan sebuah catatan kuno dari seorang insinyur tambang bernama Johannes Evert Akkringa. Catatan kuno itu berjudul Verslag van een Onderzoek Naar Tinertsaders op Het Eiland Billiton door wijlen den Mijningenieur J.E. Akkringa Met Drie Kaarten een Plaatje. Artinya kurang lebih, Laporan Investigasi Pembuluh Timah di Pulau Billiton oleh Insinyur Penambangan J.E. Akkringa.
Laporan itu ditulis tahun 1859 dan kemudian dipublikasikan dalam Jaarboek van het Mijnwezen in Nederlandsch Oost-Indie Tweede Jaargang- Tweede dell atau Buku Tahunan Industri Pertambangan di Hindia Belanda Tahun Kedua - Jilid Kedua tahun kedua 1873.
Perlu diketahui bahwa pada tahun 1859 akses jalan di pulau Belitung masih terbatas di seputaran Tanjungpandan saja. Sedangkan letak perkampungan tersusun secara acak di antara belantara pulau Belitung.
Pada sebuah perjalanan tanggal 10 Juli 1859, Akkringa berkunjung ke sebuah Ladang di Kematang Panjang, tempat ditemukannya bijih timah dekat aliran sungai Pring.
"Keesokan harinya (11 Juli 1859) saya mengirim kabar tentang kedatangan saya di sini ke kampong Pesayaran, tempat tinggal dan ladang warga lokal, Kopa," demikian terjemahan bebas dari laporan Akkringa.
Ini adalah pertama kalinya nama Kupa disebut dalam laporan Akkringa. Dia menulis namanya dengan tulisan Kopa. Melalui keterangan tersebut dapat kita ketahui bahwa beliau Kupa ternyata tinggal di Kampong Pesayaran.
Belum diketahui di mana persisnya lokasi kampong tersebut.
Namun yang jelas berdasarkan penelusuran lebih lanjut petabelitung.com diketahui sebuah nama anak sungai Pring bernama sungai Pesairan. Sungai tersebut bisa dilihat dalam peta Belitong karya Cornelis de Groot tahun 1887.

Panah merah menunjukkan letak sungai Pesairan, panah biru menunjuk bukit Kematang Panjang. Sedangkan panah hijau menunjuk sungai Bangek yang diduga sebagai Ajer Bangit dalam penyebutan Akkringa. Sumber: Herinneringen aan Blitong, Cornelis de Groot van Embden, s-Gravenhage : Smits, 1887. digitalcollections.universiteitleiden.nl. repro by petabelitung.com tahun 2020.

Kemudian nama Kupa kembali disebut oleh Akkringa dalam laporan perjalanan tanggal 24 November 1859. Saat itu dia sedang melakukan eksplorasi di aliran Payak Lais.
"Saya pergi pada tanggal 24 November dan dalam perjalanan ini ditemani oleh warga lokal Kupa  beserta rombongan lainnya, beberapa kuli dari kampung dan orang Jawa. Malam tanggal 24-25 (November) dihabiskan di sebuah ladang dan di aliran Paja laais. Pada tanggal 25 tur dilanjutkan melalui desa Ambollong dan Ajer Bangit, di mana semuanya tiba basah dan berhenti karena hujan lebat," tulis Akkringa.
Apa kalian pernah mendengar sungai Payak Lais?
Semula kami pikir sungai itu ada di Mempaya, Kecamatan Damar, Kabupaten Belitung Timur.
Namun setelah diperiksa secara seksama, sungai tersebut ternyata berada di bagian hulu sungai Buding di dekat kawasan bukit Gunong Sepang.
Keberadaan sungai Payak Lais diketahui setelah petabelitung.com mengecek sejumlah peta-peta kuno Belitong.
Ternyata hanya peta karya Cornlis de Groot tahun 1887 yang mencantumkan nama sungai tersebut.
Peta itu juga mencantumkan nama sungai Bange, yang lokasinya juga berada di sekitar hulu sungai Buding. Sangat mungkin sungai Bange itu adalah Ajer Bangit yang dimaksud Akkringa dalam laporannya.
Simak petanya berikut ini :
Panah merah menunjukkan letak sungai Payak Lais, dan panah biru menunjuk sungai Bange yang diduga sebagai Ajer Bangit dalam penyebutan Akkringa. Sumber: Herinneringen aan Blitong, Cornelis de Groot van Embden, s-Gravenhage : Smits, 1887. digitalcollections.universiteitleiden.nl. repro by petabelitung.com tahun 2020.
Gambar Kupa dan peta lokasi tempat tinggalnya di sungai Pesairan, Teluk Pring, Kecamatan Kelapa Kampit, Kabupaten Belitung Timur. Sumber: The National Library of Australia.  digitalcollections.universiteitleiden.nl. repro by petabelitung.com tahun 2020
Gambaran keadaan masa kini tentang petunjuk lokasi sungai Pesaeran di Desa Aik Kelik, Kecamatan Damar. Sumber: Google Maps, repro by petabelitung.com tahun 2020.

Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kabupaten Belitung Timur Andi Susanto mengatakan, di Belitung Timur memang terdapat sungai Pesaeran. Secara administrasi, sungai tersebut berada di Desa Aik Kelik, Kecamatan Damar. Desa tersebut memiliki dua dusun yakni Dusun Aik Kelik dan Dusun Aik Lanci. Sedangkan bukit Gunong Kematang Panjang yang dulu disebut Akkringa, sekarang menjadi bagian dari wilayah Dusun Aik Lanci.
"Dulu sungai Pesaeran itu besar, tapi sekarang sudah tidak lagi. Dulu di sekitar situ memang ada perkampungan," kata Andi kepada petabelitung.com, Minggu (17/5/2020).
Namun belum diketahui siapa sosok Kupa. Andi menjelaskan, kawasan pemukiman tersebut bermula dari Pangkalan Pring yang disebut Gadong. Keberadaan pemukiman kuno di sana berkaitan pula dengan cerita rakyat Keramat Gadong.
"Kawasan itu dulu dibuka oleh Siti Nafsiah, saudara dari Tuk Layang yang misinya menyebarkan agama Islam. Dan kemudian dilanjutkan oleh keturunannya yang disebutkan dalam legenda Keramat Gadong," kata Andi.
Petabelitung.com kemudian melakukan penelusuran lebih lanjut dalam buku Sastra Lisan Bahasa Melayu Belitung yang diterbitan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2001. Buku itu merupakan hasil penelitian tahun 1987. Di dalamnya terdapat cerita legenda Keramat Gadong. Disebutkan dalam cerita itu bahwa Keramat Gadong adalah anak dari Kuman Manar. Kuman Manar ini sakti dan digelari oleh bajak laut dengan sebutan Panglima Daratan Belitong.
Mata pencaharian Kuman Manar adalah menggarap ladang berpindah-pindah. Ia disebut menjadi pelindung bagi para petani Belitong dari serangan bajak laut.
"Jaman dulue sebelum ade penjajaan, jalan besar lum ade dan pendudok pulau Belitong agiq diam de bang utan batiq takut kan lanun noq biasee gasik ngerampok, muno dan nyulik biak-biak bini. Kire-kire sekitar Pering kan Buding idupla sebua keluarge noq kerejee betani atau becucok tanam terutame nanam padi, tiap taun bepinda dari satu tempat ke tempat lain. Kepalaq keluarge itu namee Kuman Manar. Belau punye surang bini  dan surang anak noq bini namee Taila. Binie tika itu giq bunting dan anaq noq bang perute inila kelaqe nok kan jadi pukoq cerite kite yaitu noq begelar Keramat Gadong,"
Demikian kutipan di awal tulisan tentang Keramat Gadong. Sepintas dapat kita lihat persamaan antara kisah Kuman Manar dan Kupa. Kesamaan itu yakni sama-sama piawai menghadapi gangguan bajak laut yang menggangu masyarakat Belitong.
Namun kaitan antara dua kisah tersebut masih harus dikaji lebih lanjut.
Sekian dulu ya guys ulasan tentang tempat tinggal belau Kupa di Belitung Timur.
Semoga bermanfaat.(*)

Penulis : Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber: petabelitung.com