Video Of Day

ads

Selayang Pandang

Misteri Belau Kupa di Aik Kelik Akhirnya Terkuak, Sempat Dikira Tokoh Fiksi


PETABELITUNG.COM - Artikel tentang sosok Kupa di Desa Aik Kelik, Kecamatan Damar, Kabupaten Belitung Timur menarik banyak perhatian warganet. Tak sedikit pula yang bingung karena belum pernah mendengar nama legendaris itu sebelumnya.
Tim KPSB Peta Belitung bahkan belum berani mengambil simpulan mengenai sosok beliau Kupa ini. Sebab data yang tersedia hanya bersandar pada catatan kolonial saja.
Namun tak lama setelah artikel tersebut dirilis. Penggiat budaya Belitong di Belitung Timur Hasbullah akhirnya angkat bicara. Ia mengatakan, kebanyakan orang di Belitong masa kini memang tak mengenal sosok Kupa. Bahkan ia sendiri sejak dulu tak pernah mendengar nama sosok tersebut dalam budaya tutur urang Belitong.
Sampai akhirnya pada tahun 2017 lalu Hasbullah melakukan kegiatan penggalian cerita-cerita rakyat di Desa Burong Mandi, Kecamatan Damar. Dalam kegiatan tersebut Hasbullah bertemu dengan seorang kakek berusia lebih dari 70 tahun. Kakek tersebut lahir di Aik Kelik dan semasa remaja ikut orangtuanya pindah ke Desa Burong Mandi.
Hasbullah pun kemudian bertanya apakah di Aik Kelik ada cerita rakyat yang khas. Kakek tersebut awalnya mengatakan tidak ada. Tapi kemudian teringat ada satu kisah yang dulu diceritakan oleh kakeknya yang juga kelahiran Aik Kelik.
"Cerita rakyat dari Aik Kelik itu tentang Mak Kupas dan Mak Mias membebaskan istri Kapiten dari Tanjongpandan," kata Hasbullah kepada petabelitung.com, Selasa (19/5/2020).
Video wawancara Hasbullah dengan penutur cerita Mak Kupas itu sudah diserahkannya kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Timur. Hal itu dilakukannya pasca terungkapnya sosok Kupa yang tinggal di Belitung Timur.
Nama Kupas yang diungkapkan oleh Hasbullah memang cocok dengan nama yang ditulis dalam buku Gedenkboek Billiton Jilid 2 terbitan tahun 1927. Dalam buku tersebut, nama Kupa ditulis Koepas atau dibaca Kupas. Sedangkan kata "Mak" di depan namanya tersebut adalah panggilan kehormatan untuk seorang pria. Menurut Hasbullah kata "Mak" itu berasal dari kata Rama.
Dalam cerita rakyat dikisahkan bahwa pada suatu hari Mak Kupas mendengar ada suara gong bersahut-sahutan. Ternyata itu adalah sebuah pemberitahuan sayembara dari Tanjungpandan. Sayembara itu ditujukan kepada siapa saja yang bisa membebaskan istri Kapiten Cina dari tawanan bajak laut.
Mak Kupas kemudian menyanggupi Sayembara itu dan mengajak temannya Mak Mias. Mereka kemudian berangkat menuju sarang bajak laut tersebut dengan menggunakan perahu. Sebelum berangkat, Kapiten Cina juga memberikan mereka bekal berupa uang tebusan untuk istrinya yang ditawan bajak laut.
Kurang jelas disebutkan lokasi sarang bajak laut yang dituju oleh Mak Kupas. Yang pasti ketika sampai di tujuan, Mak Kupas dan Mak Mias langsung dihadang oleh kawanan bajak laut. Hadangan bajak laut itu kemudian direspon oleh Mak Kupas dan Mias dengan unjuk kesaktian yakni dengan cara berjalan menggunakan kedua tangan mereka. Melihat hal tersebut, kawanan Bajak Laut pun sadar bahwa yang sedang mereka hadapi tersebut bukan orang biasa.
Setelah berhadapan dengan bajak laut tersebut, Mak Kupas akhirnya mendapat informasi. Ternyata istri Kapiten sudah dijual sebagai budak ke daerah Jawa. Mak Kupas dan Mak Mias kemudian melanjutkan perjalanan untuk mencari istri Kapiten. Setelah melakukan perjalanan akhirnya Mak Kupas dan Mak Mias menemukan istri kapiten sedang menumbuk padi.
Mak Kupas kemudian bernogosiasi untuk menembus istri Kapiten. Namun ternyata untuk membebaskan istri Kapiten tidak cukup hanya menebusnya dengan uang. Sebab tuan yang membeli istrinya tersebut mungkin adalah seorang yang kaya raya. Maka itu untuk meloloskan rencananya, Mak Kupas berpura-pura mempersunting istri Kapiten. Cara ini terbukti ampuh dan Mak Kupas pun akhirnya berhasil membawa pulang istri Kapiten.
Dalam perjalanan pulang, perahu Mak Kupas dan Mak Mias kembali berhadapan dengan kapal bajak laut. Namun berkat kesaktiannya, Mak Kupas dan Mak Mias berhasil mendayung perahu secepat kilat sehingga tak mampu dikejar oleh kawanan bajak laut. Demikianlah cerita rakyat Aik Kelik tentang Mak Kupas dan Mak Mias membebaskan istri Kapiten.
Dalam kisahnya, Mak Kupas dan Mak Mias ini tidak hanya sakti tapi juga dikenal sebagai sosok yang rendah hati. Maka itu setelah misinya selesai, Mak Kupas dan Mak Mias tentang kembali ke kampungnya dan menjalani kehidupan seperti biasa di ladang. Padahal bila ingin jadi orang yang terpandang, keduanya bisa saja memilih hidup di kota dengan beragam fasilitas yang diberikan oleh Kapiten.
"Kisah Mak Kupas dan Mak Mias ini sudah pernah kami pentaskan dalam sebuah drama yang ditampilkan oleh siswa-siswa SMP Negeri 1 Damar," kata Hasbullah.
Hasbullah mengaku pada awalnya hanya menggangap sosok Mak Mias dan Mak Kupa sebagai tokoh fiksi. Sebab kisah tersebut terbilang kurang populer di tengah masyarakat. Namun setelah membaca tentang catatan sejarah Kupas, akhirnya Hasbullah sadar bahwa sosok tersebut bukanlah tokoh fiksi.
"Kalau memang ada catatan sejarahnya, maka kita harus kembalikan itu kembalikan ke relnya sebagai sebuah sejarah bukan fiksi, saya pikir itu lebih baik itu beliau," kata Hasbullah.
Terdapat sejumlah perbedaan antara catatan era kolonial dan cerita rakyat tentang Mak Kupas yang disampaikan oleh Hasbullah. Contohnya dalam catatan kolonial disebut yang dibebaskan itu adalah ibu dari Kapiten. Sedangkan dalam cerita rakyatnya disebutkan istri dari Kapiten. Dalam catatan kolonial hanya disebut nama Kupa atau Kupas saja, sedangkan dalam cerita rakyat disandingakan dengan nama rekannya yakni Mak Mias. Namun keduanya tetap memiliki kesamaan yakni sama-sama bertema kesuksesan pembebasan tawanan bajak laut.
Perlu diketahui, latar kisah ibunda Kapiten dalam catatan kolonial berasal dari tahun 1861 atau selisih 156 tahun dengan cerita yang diterima oleh Hasbullah. Jadi mungkin agak wajar terjadi pergeseran pada detil kisah tentang sosok Kupa. Ditambah lagi kisah ini kurang populer dan jumlah penutur yang sangat terbatas.
Pemerhati sejarah budaya Belitong Yudi Brahma juga memastikan bahwa memang ada sosok Kupa dalam cerita rakyat. Sosok tersebut tinggal di sungai Pesaeran persis seperti yang disebutkan dalam catatan Akkringan tahun 1859.
"Masih ada bekas pemukiman dan bekas pohon-pohon kelapa di situ, ada juga kuburan-kuburan kunonya, tapi kami belum sempat menjajakinya karena di daerah itu banyak buaya," kata Yudi Brahma kepada petabelitung.com, Selasa (19/5/2020).
Menurut Yudi, di daerah tersebut juga pernah ditemukan perkakas rumah tangga. Dan ia menduga bahwa Kisah Mak Kupas tersebut punya kaitan dengan legenda Keramat Gadong.
"Nanti kita telusuri bersama-sama setelah kondisi memungkinkan," tambah Yudi Brahman bersemangat.(*)

Penulis : Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber: petabelitung.com

Foto ilustrasi: Penggiat Budaya Belitong di Belitung Timur Hasbullah ketika sedang menyusuri lokasi bersejarah Tanjong Batu Burok di Kecamatan Damar, 31 Oktober 2017. Wahyu Kurniawan/repro by petabelitung.com