Video Of Day

ads

Selayang Pandang

Catatan Kuno Tentang Balai Besar Raja Sampura di Belitong, Deskripsinya Mirip Istana Kota Bharu Malaysia


PETABELITUNG.COM - Sekitar 352 tahun lalu utusan VOC dari Batavia tiba di pulau Belitung dengan kapal bernama De Zantlooper. Utusan itu adalah seorang pedagang muda (Ondercoopman) VOC bernama Jan de Harde. Ia tiba di Belitung pada tanggal 31 Juli 1668.
Ulasan ini akan jadi sangat panjang guys!
Persiapkan imajenasi kalian sekarang.
Kedatangan Jan de Harde di Belitung dalam rangka memverifikasi status seseorang bernama Sampura, yang sebelumnya menjalin kontrak dengan VOC dan mengaku dirinya sebagai raja dari Bangka dan Belitung.
Butuh waktu 10 hari bagi Jan de Harde untuk bisa menemukan tempat kediaman Raja Sampura di Belitung. Peristiwa itu terjadi pada hari Sabtu tanggal 11 Agustus 1668. Dalam laporannya Jan de Harde mengatakan kedatangannya ke kediaman Raja Sampura itu dipandu oleh seorang Panglima. Ia menyebut kediaman raja itu dengan istilah negeri (negorye).
Menurut Jan de Harde, akses menuju negeri Raja Sampura dimulai dengan menyusuri sebuah sungai. Kemudian mereka tiba pada sebuah rawa-rawa dan hutan. Setelah itu mereka berjalan lagi sejauh 150 langkah menembus hutan dan akhirnya tiba di muka negeri Raja Sampura.
"Aku berjalan, seratus lima puluh langkah melintasi hutan menuju sebuah pagar dengan balai besar dan tinggi," demikian terjemahan bebas dari kata Jan de Harde dalam laporannya.
Kemudian Jan de Harde diajak masuk ke dalam pagar dan dipersilahkan duduk di sebuah balai lain yang lebih kecil.
"Saya masuk ke pagar itu untuk duduk di balai kecil lainnya di depan rumah dengan dua atap besar, yang tinggi kakinya sekitar 2 batang rod malcandre," kata Jan de Harde.
Dalam catatan kaki terdapat keterangan bahwa yang dimaksud dengan balai adalah sama seperti balai desa, balai kota, atau ruang pertemuan.
Setelah menunggu beberapa saat, Jan de Harde dapat kabar bahwa Raja Sampura telah pergi meninggalkan negeri dan akan kembali lagi besok. Ia kemudian diajak untuk meninjau segala penjuru negeri Raja Sampura. Menurutnya, keliling negeri Raja Sampura itu ditempuh dengan jumlah 300 langkah. Ketinggian pagarnya berkisar 18-20 kaki (5-6 meter) dan terdapat empat titik pagar persegi yang lebih tinggi.
"Ditambah 5 hingga 6 meriam kecil, suatu potongan logam di belakang gerbang paggar; lebih dari itu
 masih ada 5 sampai 6 rumah di dalamnya," kata Jan de Harde.
Selain itu kata Jan de Harde, negeri Raja Sampura ditanami pohon-pohon buah dan pemandangan di sekelilingnya adalah belukar dan hutan belantara.
"Ini adalah gambaran seluruh negerinya, diwarnai dengan beberapa pohon kelapa muda, sirsak, dan pohon piesang yang ditanam dan selanjutnya penuh dengan semak belukar dan hutan belantara," kata Jan de Harde.
Baik, sekarang mari kita ulas lebih dalam.
Sederhananya, kediaman Raja Sampura di Belitung ini digambarkan berupa balai besar nan tinggi, yang juga miliki balai kecil untuk tamu, rumah yang memiliki dua atap besar, pekarangannya ditanami pohon buah-buahan, dan seluruh lingkungannya dikelilingi pagar dengan keliling sepanjang 300 langkah.
Cukup besar bukan? Bila membayangkan luasnya bisa jadi lahan kediaman Raja Sampura itu seperti seukuran lapangan sepakbola.
Kemudian petabelitung.com mencari rujukan lain untuk mendapatkan gambaran mengenai kediaman Raja Sampura.
Caranya dengan menggunakan kata kunci "Balai Besar Melayu".
Dan hasilnya ditemukan gambaran mengenai balai besar kuno yang sekelilingnya dipagar.
Yakni Istana Balai Besar Kota Bharu, Ibukota Kelantan, Malaysia.
Sepintas tampak deskripsi mengenai kediaman Raja Sampura di Belitung sangat mirip seperti gambaran Istana Balai Besar Kota Bharu.
Simak gambaran istana tersebut berikut ini :

Ilustrasi Istana Balai Besar Kota Bharu. Sumber: pp-sk.blogspot.com/repro petabelitung.com tahun 2020.

Ilustrasi Istana Balai Besar Kota Bharu. Sumber: pp-sk.blogspot.com/repro petabelitung.com tahun 2020.
Lihat sketsa Istana Balai Besar Kota Bharu di atas. Panah merah mirip seperti balai kecil tempat Jan de Harde duduk sewaktu tiba di kediaman Raja Sampura. Sedangkan panah biru juga mirip seperti bagian dalamnya yang berisi balai besar serta terdapat 5-6 rumah.
Mengenai gambaran autentik Istana Kota Bharu bisa kalian lihat pada potret berikut ini :



Bagaimana guys? Agak mirip ya?
Mengenai lokasi balai besar Raja Sampura di Belitung, kami belum bisa memberikan gambaran yang kongkrit.
Sebab dalam laporan tanggal 11 Agustus 1668, Jan de Harde tidak menyebutkan nama sungai yang dilaluinya.
Namun dalam laporan sebelumnya pada tanggal 8 Agustus tampak Jan de Harde sedang menelusuri sungai Tebal dan sebelumnya lagi adalah sungai Balok.
Terus mengenai balai Raja Sampura ini, apa ada kaitannya dengan Kelekak Balai yang terdapat di sekitar bukit Gunong Lalang, Perawas?
Sebab bila membaca deskripsi Jan de Harde tampak jelas bahwa balai Raja Sampura ditanami pohon-pohon buah.
Seperti yang kita ketahui, kelekak adalah hutan buah-buahan yang dulu sempat digunakan sebagai pemukiman.
Kajian lebih lanjut masih harus dilakukan ya guys.
Ini hanyalah sebuah pengantar.
Mengenai Raja Sampura, dalam laporan Jan de Harde disebutkan bahwa yang bersangkutan bukanlah Raja Belitung apalagi Bangka.
Beliau hanyalah seorang pembesar dari penguasa di Bangka yang diusir oleh penguasa Palembang dan kemudian bertempat tinggal di Belitung. Sampai pulang kembali ke Batavia, Jan de Harde malah tidak bisa menemukan Raja Sampura sama sekali.
Laporan asli Jan de Harde ini bisa ditemui di dalam koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia.
Namun tulisan sangat sulit dibaca.
Bersyukur salinan laporan itu dimuat dalam buku F.W Stapel yang terbit tahun 1938 sehingga menjadi lebih mudah dibaca.
Judul buku Stapel itu yakni, ‘Aanvullende gegevens omtrent de geschiedenis van het eiland BILLITON en het voorkomen van tin aldaar’ yang artinya kurang lebih ‘Informasi tambahan mengenai sejarah Pulau Belitung dan penemuan timah didalamnya’.


Laporan mengenai balai besar Raja Sampura itu dimuat pada halaman 100 lengkap dengan catatan kaki yang dibuat Stapel untuk menjelaskan kosa kata kuno abad ke-17.
Dalam laporannya, Harde menulis Raja Sampura dengan tulisan radja Samprou.
Oiya satu lagi, Jan de Harde menyebut dirinya melihat rumah yang memiliki dua atap besar yang berdiri di atas tiang. Begini teksnya :
"2 groote atapse huyse, die omtrent 2 roede van malcandre op stutten stonde,"
Terjemahan bebasnya : rumah dengan dua atap besar, yang tinggi kakinya sekitar 2 batang rod malcandre.
Cukup lama juga mencari satuan panjang ini.
Ternyata yang dimaksud oleh Jan de Harde adalah "The Birch Rod" atau Batang birch.
Ini adalah alat yang digunakan buat nabok orang akibat pelanggaran disiplin.
Panjangnya berkisar 90-120 cm.
Ilustrasi Batang Birch. Sumber : wellredweekly.comwww.highlandtitles.comid.pinterest.com/ repro petabelitung.com tahun 2020.

Jadi bila merujuk pada ukuran tersebut, tinggi rumah dalam balai besar Sampura yakni berkisar 180-240 sentimeter.
Deskripsi ini hampir sesuai dengan keterangan Cornelis de Groot yang mengatakan rumah Orang Darat Belitung dibangun di atas tiang setinggi 120-180 sentimeter.
Nah sekian dulu ya guys ulasan tentang Catatan Kuno Tentang Balai Besar Raja Sampura di Belitong.
Yang jelas, ulasan ini masih harus dikaji lebih lanjut dalam sebuah penelitian mendalam.
Tapi setidak artikel ini bisa memberikan kalian sebuah gambaran budaya di Belitong abad ke-17.
Semoga bermanfaat.(*)

Keterangan Cornelis de Groot dalam bukunya yang diterbitkan tahun 1887 menyatakan tinggi rumah orang darat berkisar 12-18 desimeter (120-180 sentimeter). Repro petabelitung.com tahun 2020.


Penulis : Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber: petabelitung.com