Video Of Day

ads

Selayang Pandang

Arti Kelekak di Belitong Dalam Catatan Sejarah Abad ke 19


PETABELITUNG.COM - Nama Kelekak begitu dekat dalam keseharian masyarakat Belitong. Setidaknya ada dua nama yang sering disebut pada masa kini yakni Kelekak Datuk dan Kelekak Usang. Kedua nama Kelekak itu merupakan nama dusun dari Desa Badau dan Desa Perawas, Kabupaten Belitung.
Kelekak Datuk sangat familier karena berada di Jalan Tengah yang menghubungkan Kota Tanjungpandan dan Kota Manggar. Sedang Kelekak Usang berada di jalur utama menuju wilayah selatan Kabupaten Belitung.
Berikut ini petabelitung.com akan menyajikan sejumlah data untuk membantu kalian memahami arti Kelekak di Belitong. Data tersebut merujuk pada sejumlah catatan sejarah abad ke-19.
Melalui catatan tersebut dapat kita ketahui bahwa orang Belanda telah sejak lama manaruh perhatian pada keberadaan Kelekak di Belitong.
Simak ulasannya berikut ini :

1. Catatan 5 Desember 1850
Sejauh ini buku karya DR. J.H. Croockewit.Hz adalah catatan paling tua yang kami temui yang menyebutkan keberadaan Kelekak di Belitong. Bukunya berjudul Banka, Malakka en Billiton, terbitan K.Fuhri Den Hag Belanda, tahun 1852.
Buku itu mengisahkan perjalanan Croockewit saat melakukan eksplorasi timah di pulau Belitung pada tahun 1850. Dalam satu perjalanannya pada tanggal 5 Desember 1850, Croockewit bertemu dengan sebuah kampung bernama kampong Ajer Boelok Klakka Baroe (kampung Air Bulok Kelekak Baru). Sayang itu adalah satu-satunya kalimat yang menuliskan kata Kelekak di dalam buku Croockewit.



2. Jurnal Budaya tahun 1860
Kelekak di Belitong dicatat dalam jurnal budaya Tijdschrift Indische Taal-, Land- En Volkenkunde tahun 1860. Jurnal tersebut diterbitkan oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Westenschappen di Batavia (Jakarta). Dalam jurnal tersebut terdapat tulisan L.Schepern berjudul Aanteekeningen Omtrent de Bevolking van Billiton (catatan tentang populasi Belitung) tahun 1858. L.Schepern menulis dalam kapasitasnya sebagai Asisten-Residen Belitung setingkat kepala daerah kabupaten lah kalau sekarang. Ia adalah Asisten-Residen Belitung periode 1855-1860.
Dalam tulisannya Schepern menjelaskan tentang budidaya padi masyarakat Belitung. Menurutnya, budidaya padi dilakukan di Ladang, yang dimulai dengan membuka hutan, kemudian dibakar setelah pepohonan mengering dan diberi pagar untuk menghindari ganguan hewan seperti rusa, babi, dan hewan liar lainnya.
Lahan budidaya padi ini hanya bisa digunakan setiap 8 sampai 10 tahun sekali. Karena itu penduduk Belitung akan membuka hutan baru untuk perladangannya.
"Hanya dalam beberapa kasus mereka menanami sekitar rumah mereka dengan beberapa jenis pohon buah-buahan, di mana mereka kemudian menentukan sendiri untuk menetap, jika sawah mereka tidak terlalu jauh. Tempat tinggal permanen seperti itu menjadi kleka kata penduduk asli. Kepemilikan lahan budidaya padi dan juga kleka, saat orangtua meninggal, beralih dari orang tua kepada anak-anak," demikian kurang lebih terjemahan bebasnya.
Sayang Schepern hanya dua kali menyebut nama Kelekak dalam tulisannya tersebut.


3. Masuk Dalam Glosarium
Jelang penghujung abad ke-19 muncul buku Herinneringen aan Blitong karya Cornelis de Groot. Buku terbitan den Hag Belanda tahun 1887 telah memasukkan kata Kelekak ke dalam glosariumnya.
Glosarium adalah kamus dalam bentuk yang ringkas atau daftar kata dengan penjelasannya dalam bidang tertentu.
Pada halaman 311 di dalam bukunya De Groot mengatakan, mengenai kepemilikan Orang-Darat tidak banyak yang bisa diceritakan. Kepemilikan tanah di Blitong dikenal secara amat terbatas, hanya untuk dipakai. Halaman dari kampung-keluarga terdahulu dipakai oleh penghuni-utama, selama ia tinggal disitu. Kampung yang ditinggalkan (Kelekak) kembali lagi menjadi milik pemerintah distrik, yang mana setiap tahun kepada penduduk ditunjuk potongan-potongan tanah untuk mengolah ladangnya. Kepunyaan dalam posisi milik dari orang-darat terdiri dari rumah-tinggalnya dan sedikit barang bergerak.
Kemudian dalam glorasiumnya De Groot menulis arti kata Kelekak.
"Kelekak mungkin dari bahasa Jawa (Jav), Klekap,di Blitong  disebut sebagai tempat di mana masih ada sisa-sisa tempat tinggal sebelumnya; di mana dulu ada kampung dan sekarang hanya pohon buah yang terabaikan, yang menunjukkan tempat itu,"



Sebuah potret berlatar Kelekak di situs Kute Tanah Desa Cerucuk, Kecamatan Badau, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2020. Tampak pada latar belakang sejumlah pohon buah seperti cempedak dan durian. Haryanto/Repro petabelitung.com 2020.
Tiga Desa dengan nama Kelekak dalam potongan peta pulau Belitung tahun 1894. KITLV/repro petabelitung.com 2020.

Nah sekian dulu ya guys artikel tentang Arti Kelekak di Belitong Dalam Catatan Sejarah Abad ke 19. Sebetulnya masih banyak lagi refrensi mengenai Kelekak ini. Tapi nantilah kita ulas lagi, udah kepanjangan soalnya.
Semoga bermanfaat ya guys.
Dan selamat menunaikan ibadah puasa bagi kalian yang menjalankannya.(*)

Penulis : Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber : petabelitung.com