Video Of Day

ads

Selayang Pandang

5 Kisah Kontroversial Tentang Para Pelaut di Belitong


PETABELITUNG.COM - Belitong merupakan sebuah pulau yang berada di antara Selat Gaspar dan Selat Karimata, diapit pula oleh dua laut yakni Laut Jawa dan Laut Cina Selatan. Karena itu sejarah budaya Belitong tidak lepas dari beragam kisah pelaut, baik dari dalam maupun dari luar pulau Belitong.
Oiya sebelum masuk lebih jauh, ada baiknya kita melihat dulu arti kata pelaut. Dalam Kamus Bahasa Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, kata pelaut memiliki dua arti. Yang pertama artinya adalah orang yang pekerjaannya berlayar di laut, dan arti yang kedua adalah nelayan. Sedangkan arti kata kontroversial adalah bersifat menimbulkan perdebatan.

1. Bajak Laut
Catatan paling tua yang menyebutkan keberadaan bajak laut di Belitung berasal dari abad ke-17. Seorang utusan VOC bernama Jan de Harde mengatakan kapalnya diserang oleh perahu nelayan yang berpura-pura sedang mencari ikan di perairan Sungai Kubu. Serangan itu menyebabkan Jan de Harde menderita luka parah dan satu anak buahnya tewas di tempat kejadian. Maka itu disebutkan bahwa sejak 23 Juli 1672 hubungan Batavia dengan pulau Belitung terputus.
"Sesudah beberapa tahun kemudian memang ada terbuka kembali hubungan dagang dari orang perorangan dengan perahu-perahu dari Belitung yang memasuki Batavia; tetapi kemudian setelah tahun 1680 putus lagi, ialah semasa Bangka dan Belitung "menjadi sarang penyamun", ialah tempat berkumpulnya perompak-perompak dari Makasar dan Bugis," demikian tulis Stapel (1938) yang diterjemahkan oleh H.Abu Hasan Manggar, 14 April 1983.
Dalam banyak buku peninggalan era kolonial Belanda, bukan hanya Makasar dan Bugis yang dilabeli Bajak Laut di Belitung. Tapi juga dari Orang Melayu, Orang Laut, dan Lampung. Namun lebel bajak laut ini menuai kontroversi karena dianggap bersifat subjektif. Sebab dalam buku Sutedjo Sujitno disebutkan bahwa aksi bajak laut dalam sudut pandang bangsa di Nusantara adalah sebuah bentuk perjuangan melawan aksi monopoli perdagangan dari bangsa Barat.

Baca Artikel Terkait: Dicap Sebagai Bajak Laut

2. Raja Sakti
Sosok bernama Raja Sakti yang bermarkas di pulau Belitung menjadi perhatian publik pada tahun 1685. Ia dianggap sebagai dalang di balik persiapan 'perang suci' melawan VOC menjelang akhir abad ke-17.
Tidak banyak yang diketahui mengenai latar belakangnya sebelum muncul di pulau Belitung pada tahun 1685, termasuk nama aslinya sekalipun.
Terkadang ia dipanggil Raja Ibrahim. Tapi ia juga lebih populer dikenal dengan nama Paduka Ahmad Shah atau Ahmad Shah bin Iskandar. Dan ia juga punya gelar Yang di-Pertuan Raja Sakti, penguasa Minangkabau.
Yang pasti, semua laporan dan arsip mengenai sosok ini tampak senada menyebut bahwa ia berasal dari rumah penguasa Minangkabau. Hanya saja ada sejumlah kemungkinan mengenai hubungan tersebut. Dan salah satu kemungkinan itu menyebutkan bahwa Ahmad Shah bisa jadi adalah satu dari banyak pesaing untuk takhta penguasa Minangkabau yang wafat pada tahun 1674.
Kedatangannya ke pulau Belitung pada tahun 1685 telah memunculkan dugaan bahwa Ahmad Shah punya alasan yang lebih jauh lebih besar daripada perolehan tahta. Alasan itu adalah untuk menjadi pemimpin 'perang suci' melawan VOC.
Kekuatan pertama yang dibawa Ahmad Shah saat ke pulau Belitung berjumlah 5 perahu dengan 200 orang. Namun segera setelah bermarkas di pulau Belitung, kekuatan Ahmad Shah menjadi berlipat-lipat ganda. Klaim sebagai penguasa Minangkabau dan 'orang suci telah membuatnya berhasil memenangkan simpati Pangeran Aria Palembang dan penguasa Jambi.
Tak sampai di situ saja, Ahmad Shah juga mengirim surat dari Belitung yang ditujukan kepada para penguasa di Aceh, Mataram, para penguasa di pantai barat Sumatera, dan Kalimantan Selatan, dan bahkan kepada Raja Siam, untuk mengundang dukungan mereka bagi perjuangan sucinya melawan Belanda di Nusantara.
"Dalam waktu singkat ia berhasil memobilisasi dukungan, dikatakan sebanyak 4.000 orang dan 300 perahu di tahun 1685. Arnangkurat II dari Mataram, yang sedang menderita karena persyaratan-persyaratan dalam persekutuannya dengan VOC, menjawab suratnya dengan mengundang Ahmad Syah datang ke Kartasura untuk memimpin perang sabil," tulis Anthony Reid, dalam bukunya Southeast Asia in the Age of Commerce 1450-1680.
Kisah Raja Sakti di Belitung ini hingga sekarang masih menuai kontroversi. Sebab jejak ribuan perahu yang mendukungnya tidak pernah ditemukan saat VOC bersama koalisinya menginvasi Belitung. Bahkan kisah perburuan sosok yang dianggap memiliki daya "magis" ini seperti tak kunjung mencapai klimaks.

3. Kedatangan Armada Cheng Ho
Belitung juga punya kisah pelaut yang dikaitkan dengan Armada Ceng Ho. Hal ini diketahui dalam catatan Fei Xin,  seorang anggota personil militer armada laksamana Cheng Ho dari dinasti Ming. Fei Xin menulis Xingcha Shenglan pada tahun 1436 yang isinya menceritakan apa-apa saja yang sudah ia lihat dalam perjalanan bersama Cheng Ho. Pada tahun 1413, disebutkan Armada Ceng Ho tiba di Belitung.
"Wilayah ini menghasilkan macan tutul, beruang, kulit rusa, dan cangkang penyu. Sedangkan komoditi yang diperdagangkan dengan mereka yakni seperti beras, makanan, kain sutra berwarna-warni, " tulis Fei Xin.
Kutipan tersebut diperoleh dalam buku Hsing-chʻa-sheng-lan: The Overall Survey of the Star Raft, Volume 4 dari South China and maritime Asia, ISSN 0945-9286. Diterjemahkan oleh J.V.G. Mills, 1996 di Jerman.
Kontroversi muncul mengenai penafsiran nama pulau Belitung dalam catatan Fei Xin. Sebab keterangan tersebut merujuk pada sebuah tempat yang bernama Ma Yi atau Ma Yi Dong. Menurut Feng Chengjun penyunting buku Xing Cha Sheng Lan nama Ma Yi atau MaYi Dong yang disebut Fei Xin adalah pulau Mindoro di Filipina.

Sumber: 

4. Armada Kubilai Khan
Kedatangan Armada Kubilai Khan di Belitung disebutkan terjadi pada bulan Januari 1293. Kisah ini dicatat dalam buku Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di Bangka Belitung karya Husnial Husin Abdullah 1983. Sumbernya masih mengacu pada catatan Fei Xin.
"Menurut dia adalah suatu Armada Tiongkok dibawah pimpinan Jenderal-jenderal Kau Hsing dan Shi Pi dalam pelayarannya ke pulau Belitung dalam tahun 1293 dihanyutkan oleh angin ribut ke pulau Belitung, yang oleh pengarangnya dinamakan Kaulan atau Kolan," demikian tulis Husnial Husin dalam bukunya di halaman 207.
Keterangan ini kemudian juga menuai kontroversi. Sebab sejumlah peneliti berpendapat lain mengenai nama Kolan yang dimaksud oleh tentara Tar Tar. 
Kemudian juga munculnya temuan arkeologi tahun 2017 di Pulau Serutu Kecamatan Pulau Karimata, Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat.
"Penyerangan tentara Tar Tar dipimpin Kubilai Khan, ke Singhasari atau Singosari, Jawa Timur, pada abad ke-13 bisa ditemukan jejaknya di Pulau Serutu dan Pulau Karimata, Kabupaten Kayong Utara. Bukti kuat mereka pernah singgah ini, ada pada prasasti batu yang terdapat di Pasir Kapal dan Pasir Cina Dusun Serutu. Terkait sejarah dari isi tulisan prasasti belum begitu jelas, saat ini tim masih dalam tahap pengerjaan lapora.Terkait sejarah dari isi tulisan prasasti belum begitu jelas, saat ini tim masih dalam tahap pengerjaan laporan." demikian laporan BPCB Kaltim seperti yang dilansir oleh kebudayaan.kemdikbud.go.id, pada 18 Maret 2019.


5. Belitung shipwreck
Kisah pelaut yang satu ini adalah yang paling kontroversial di dunia. Kalian browsing aja di google dengan kata kunci Belitung Shipwreck Controversy. Niscaya akan muncul beragam tulisan dari para peneliti dunia.
Salah satu kontroversi situs kapal tenggelam Belitung di Batu Itam ini terkait perubahan rutenya. Para pelaut di kapal itu seharusnya menempuh jalur dari Oman ke Tiongkok via Selat Malaka dan perairan Singapura. Namun entah mengapa jejak kapal para pelaut ini sampai ditemukan di perairan dangkal  Desa Batu Itam Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung.
Situs tersebut ditemukan pada tahun 1998 dan hasil penelitian menunjukkan kapal tersebut merupakan kapal Arab dari abad ke-9.
Kapal tersebut diperkirakan milik seorang pengusaha dari Oman yang berangkat menuju Tiongkok pada tahun 830 masehi.
Seperti yang diketahui, saat kapal tersebut berangkat, Oman sudah menjadi salah satu negeri Islam di jazirah Arab.
Sedangkan berdasarkan identifikasi muatannya, kapal tersebut diperkirakan berawakkan orang Arab, India, Tiongkok, dan Melayu.
Beberapa peniliti kemudian menyimpulkan bahwa pulau Belitung mungkin saja telah bersentuhan dengan Islam sejak kapal itu tenggelam.
Dalam website resmi UNESCO (https://en.unesco.org/) disebutkan bahwa kapal tersebut tenggelam dalam perjalanan pulang dan menurut penegasan ini, titik yang menarik tentang bangkai kapal Belitung adalah lokasinya: tidak jelas mengapa kapal itu begitu jauh dari rute yang seharusnya ditempuh.
Beriku ini adalah beberapa penilaian tentang Belitung Shipwreck dalam artikel di website UNESCO tersebut.
- Bangkai kapal dari zaman ini adalah penemuan langka dan Belitung memang satu-satunya kapal dari abad ke-9 yang ditemukan sampai hari ini.
- Belitung telah memberikan dua penemuan arkeologis yang penting: muatan dan lambungnya. Mayoritas kargo yang ditemukan (60.000 keping) terdiri dari keramik, yang sebagian besar adalah barang Changsha.
- Kargo Belitung Shipwreck juga merupakan koleksi tunggal artefak Dinasti Tang yang ditemukan di satu lokasi, dan karena itu juga disebut "Tang Treasure" (Harta karun Tang).
- Selanjutnya bangkai kapal Belitung adalah dhow Arab pertama yang ditemukan di perairan Asia Tenggara. Dhow adalah kapal layar tradisional dengan satu atau lebih tiang dengan layar yang digunakan di Laut Merah dan Samudera Hindia. Masih diperdebatkan apakah jenis kapal ini diciptakan oleh orang-orang Arab atau India.
Demikian guys ulasan mengenai 3 Kisah Kontroversial Para Pelaut di Belitung. Semoga bermanfaat.(*)

Penulis : Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber: petabelitung.com

Foto Ilustrasi: Foto di kiri berjudul ikan duyung dengan seorang pemuda Melayu di Tanjungpandan, gambar ikan duyung itu telah diedit sebelum dicetak sehingga tidak sesuai aslinya. Sedangkan foto kanan berjudul nelayan. Repro by petabelitung.com tahun 2020.