Video Of Day

ads

Selayang Pandang

Suruh Orang Tebang Pohon di Sekitar Makam Keramat Gunong Tajam, Peneliti Belanda Ini Langsung Mengigil Saat Sampai Rumah


PETABELITUNG.COM - Berikut ini adalah kisah nyata seorang peneliti Belanda yang mengunjungi puncak bukit Gunong Tajam pada 9 Desember 1850.
Di atas puncak bukit setinggi 510 tersebut terdapat Makam Keramat yang sangat dihormati warga lokal.
Kedatangan penliti tersebut diketahui dalam rangka mencari potensi kandungan timah di pulau Belitung.
Pengamatan pun dilakukan ke sejumlah lokasi, termasuk dari puncak Gunong Tajam.
Sewaktu melakukan pengamatan, peneliti tersebut merasa terganggu oleh pohon yang menghalangi pandangannya.
Ia lantas meminta para pekerja yang mendampinginya untuk menebang pohon-pohon tersebut.
Namun ternyata permintaan itu tak langsung dipenuhi oleh para pekerja.
Sebab mereka menganggap hal tersebut tidak pantas dilakukan.
"Butuh beberapa kata sebelum saya meyakinkan para kuli untuk menebang pohon-pohon yang telah menghalangi pandangan dari pohon setinggi 6 meter yang saya panjat, karena mereka percaya bahwa ini adalah hal yang tidak pantas," kata peneliti tersebut.
Total 3 jam peneliti tersebut berada di puncak Gunong Tajam.
Ia pun mengaku sulit untuk melukiskan akses jalan di puncak.
Sebab lokasi tersebut jarang sekali didaki.
Bahkan menurutnya para pekerja Orang Belitung yang mendampinginya belum pernah sampai ke puncak bukit tersebut.
Pada sore hari peneliti tersebut akhirnya tiba di rumah tempatnya menginap.
Dan kemudian ia pun merasakan demam hingga menggigil.
Namun menurunya, demam tersebut bukan karena akibat menyuruh orang menebang pohon di sekitar Makam Keramat.
"Saya sangat lelah saat kembali ke rumah pada sore hari, dan merasakan demam yang menggigil, yang saya anggap karena basah-basahan pada hari-hari sebelumnya," kata peneliti tersebut.
Peneliti dalam kisah ini adalah Dr. J.H. Croockewit, Hz.
Kisah tersebut adalah pengalaman pribadi yang kemudian ia tulis dalam buku berjudul Banka, Malakka, En Billiton.
Buku itu diterbitkan tahun 1852.
Kisah dalam buku ini ditulis ulang oleh petabelitung.com dengan menggunakan terjemahan bebas.
Apakah demamnya Croockewit tersebut berkaitan dengan ulahnya menyuruh orang menebang pohon?
Tentu tidak ada keterangan mengenai hal tersebut.
Namun secara kronologis, waktu kejadian Croockewit demam berlangsung tak lama setelah ia menyuruh orang menebang pohon di sekitar Makam Keramat Gunong Tajam.

Baca Berita Terkait : 3 Fakta Tentang Makam Keramat Gunong Tajam di Pulau Belitung

Simak teks aslinya berikut ini :

"Op den top gekomen, zag ik aldra drie graven van Arabieren, die jaren oud zijn en zeer in eere worden gehouden en voor welke alzoo eerst gebeden en gewierookt werd. Het kosttevrij wat woorden eer ik de koeli' overgehaald hod om de boomen, welke het gezigt uit den hogen boom dien ik beklommen had belemmerden, 6m te kappen, daar zij meenden dat hierdoor heiligschennis begaan werd. 
Ik peilde van de punten die ik zien kon of bij name kende, gelijk bij den aanvang van dit rapport reeds medegedeeld is. Boven is de berg uit eene geele kleiaarde zamengesteld; op zijne helling ontmoet men vele rolsteenen van eenen zachten geelachtigen zandsteen, en blijkt het ook uit vele plaatsen duidelijk dat deze steen de solide massa des bergs uitmaakt ; de medegenomene exemplaren kunnen mijn oordeel staven; aan den voet des bergs vindt men veel roodijzersteen. Na een verblijf van drie uren op den top werd de terugreize aangenomen. De weg, die over den berg leidt, is onbeschrijfelijk slceht en moeijelijk: de berg wordt slechts zeer zelden beklommen, zoodat de meeste Billitonezen, die ik sprak, nimmer op den top waren geweest; een Europeaan was nog nimmer in de binnenlanden geweest en had dus nog veel minder dezen berg beklommen. Zeer vermoeid kwam ik in den namiddag in de reeds genoemde woning terug en gevoelde eene koortsachtige rilling, welke ik aan het steeds door en door nat zijn op de vorige dagen toeschreef."

Tulisan Croockewit tentang Makam Keramat di Gunong Tajam. repro petabelitung.com/ Croockewit, 1852.

Penulis : Wahyu Kurniawan.
Editor : Wahyu Kurniawan.
Sumber : petabelitung.com.
Foto master :Ilustrasi/ pasien klinik Eropa di Tanjungpandan. Repro petabelitung.com 2018/Gedenkboek Billiton tweede deel,1927.