Video Of Day

ads

Selayang Pandang

Kisah Dokter Pertama di Pulau Belitung

PETABELITUNG.COMSaat pertambangan swasta Belanda mulai beroperasi (1852), para kuli tambang telah diserang oleh berbagai penyakit, seperti koreng, disentri, dan demam. Berbagai penyakit tersebut terang membuat kalut jalannya perusahaan yang baru dirintis sehingga dikenal sebagai periode sulit. Lebih-lebih pada tahun awal eksploitasi tersebut, dokter dan fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit belum terdapat di Pulau Belitung.

John Loudon, salah seorang pemegang konsesi tambang, lantas dengan sukarela mengobati sendiri para kuli tambangnya di gudang kecil. Geneeskundig Tijdschrift voor Nederlandsch-Indie 1935 menerangkan bahwa John Loudon mengobati kuli tambangnya yang sakit dengan kalomel, kuinina, dan garam inggris. Seiring berjalan waktu, secara autodidak John Loudon pun menguasai perawatan anggota tubuh yang patah dan operasi bedah kecil.

Laun-laun, John Loudon menyadari bahwa masalah kesehatan Pulau Belitung tidak bisa ia tuntaskan seorang diri. Oleh karena itulah pada tahun 1853, John Loudon menarik J.L. Pflaum, seorang dokter pensiunan dinas militer, untuk bekerja di Pulau Belitung. Dalam buku yang berjudul De Eerste Jaren der Billiton-Onderneming, John Loudon turut menuliskan kenangannya soal Dokter J.L. Pflaum. Menurut John Loudon, J.L. Pflaum ialah seorang dokter yang pernah memeriksanya sewaktu di Batavia. Kehadiran Dokter J.L. Pflaum di Pulau Belitung sangat membantu John Loudon. Terlebih Dokter J.L. Pflaum memiliki karakter yang diinginkan John Loudon, yakni pintar dan tangguh. Pada masa J.L. Pflaum, sebuah rumah sakit kecil berhasil dibangun sehingga jumlah pasien sakit terus menyusut.

Dokter J.L. Pflaum dianggap memiliki pengalaman mumpuni dalam berpraktik di daerah Hindia Belanda yang jauh. Saat bertugas di Pulau Belitung, Dokter J.L. Pflaum mampu beradaptasi dengan baik. Dokter J.L. Pflaum sanggup meracik obat dari tanaman yang ada di Pulau Belitung. Obat racikan tersebut digunakan di kala obatan Eropa telah habis.

Kehadiran Dokter J.L. Pflaum sejatinya tidak membuat John Loudun lepas tangan dari masalah kesehatan. John Loudon tetap turut dilibatkan dalam beberapa kegiatan medis. Dokter J.L. Pflaum sesekali meminta pertolongan Loudon.  

            Dalam satu kesempatan saya diminta untuk mengamputasi seorang Cina sebab tidak terdapat ahli bedah atau tidak ada orang yang bisa. Jadi, saya harus melakukannya. Saya memberi kloroform, operasi berlangsung pendek sekali, pasien tidak menderita. Pasien mulai menyalakan pipanya setelah kakinya tidak ada; meninggal beberapa hari kemudian; tidak karena salah saya tetapi karena infeksi”, ungkap Loudon dalam memoarnya.

Dokter Pflaum bertugas di Pulau Belitung kurang dari setahun. Pada akhir tahun 1853, Dokter Pflaum terserang penyakit disentri, yang kala itu memang banyak diidap oleh para kuli tambang dan staf Eropa. Kondisi Dokter Pflaum perlahan memburuk. Dalam ringkihnya, Dokter Pflaum sempat mengajukan permintaan aneh kepada John Loudon. Jikalau dirinya meninggal, Pflaum meminta tengkorak kepalanya diberikan kepada seorang wanita. Terang, John Loudon tidak bisa memenuhinya. Sehari setelah itu, Dokter Pflaum menemui ajal.  Penggantinya ialah Dokter W. Verwey. Menurut laporan residen, Dokter W. Verwey sering bertindak tidak disiplin sehingga dipecat pada awal tahun 1856.(*)

Penulis: Dony A. Wijaya

Editor : Wahyu Kurniawan

Sumber: petabelitung.com


Rumah dinas dokter kepala di Tanjungpandan. Sumber foto : Gedenkboek Billiton Tweede del (1927:129).