Video Of Day

ads

Selayang Pandang

Sejarah Kebangkitan Nasional di Belitung, Berdirinya Organisasi Pergerakan Berikut Nama Para Tokohnya

PETABELITUNG.COM - Kemunculan Politik Etis pada tahun 1901 telah memberikan warna baru terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Arkian, perjuangan meraih kemerdekaan pun tak semata hanya menggunakan kekuatan fisik dan bersifat kedaerahan. Akan tetapi, sudah beralih pada perjuangan melalui pemikiran dan bersifat nasional. Pada periode ini, muncul organisasi-organisasi sebagai wadah perjuangan mereka, seperti Boedi Oetomo, Muhammadiyah, PNI, Parindra, dan lain-lain.

Di antara organisasi tersebut, ada yang mengusung jalan kooperatif dan nonkooperatif. Namun di balik itu, tujuan mereka sama, yaitu kemajuan, persatuan, dan kebangsaan Indonesia!

Kemudian, bagaimana dengan organisasi pergerakan di Belitung?

Berikut jejak organisasi pergerakan di Belitung, seperti Muhammadiyah, PNI, Parindra, dan Noeroel Islam pada periode Kebangkitan Nasional:

·         Muhammadiyah

Organisasi Muhammadiyah resmi melebarkan sayapnya di Belitung pada 18 November 1924. Pada acara peresmian itu, dihadiri oleh salah satu pimpinan pusat Muhammadiyah Yogyakarta, yaitu KH. Fachrudin dan seorang temannya dari Betawi, bernama Jayasukarta. Kehadiran Muhammadiyah di Gantung berstatus cabang dan langsung di bawah gagasan pimpinan pusat Muhammadiyah Yogyakarta. Pengurus awal Muhammadiyah di Gantung ialah KA. Abdul Hamid (ketua), Abd. Muttalib, Sarwo, M. Shiddik, KA. Muhammad, Suparto, Bahwal, Abu Bakar, dan Zubir Awwam (pernah mengikuti kursus mubalig Islam Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 1925).

Kehadiran Muhammadiyah di Belitung ini berangkat dari sebuah perkumpulan pengajian yang mengkaji sifat dua puluh dan hukum-hukum Islam. Kelompok pengajian ini, sempat dituding sebagai gerakan komunis oleh Kontroler Hamilton. Tuduhan tersebut tidak terbukti dan mereka dibebaskan. Setelah itu, kelompok ini membentuk perserikatan Muhammadiyah.

Pada periode ini, cukup banyak usaha yang dilakukan Muhammadiyah dalam meningkatkan pendidikan di Belitung. Misalnya pada tahun 1925-1928, Muhammadiyah mendirikan sekolah desa tiga tahun (Volk School) di daerah Batu Penyu/Jangkar Asam dengan gurunya Zubir Awwam. Selain di Batu Penyu, juga pada tahun yang sama, Muhammadiyah mendirikan sekolah serupa Volk School di Air Rusa/Tanjung Kelumpang dengan gurunya Mustari (Abdul Hadi Adjin, Salim Yah, dan Rosihan Sahib, 1992: 13-14).

Menurut Yusril Ihza Mahendra dalam tulisan situs webnya “Kenang-kenangan di Masa Kecil”, bahwa kehadiran gerakan pembaharuan Islam di Belitung, seperti Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dengan golongan terpelajar Belitung yang kembali dari perantauannya di Sumatra Barat dan Yogyakarta. Selain membawa gerakan pembaharuan Islam, mereka juga memperkenalkan atau menyelipkan paham nasionalisme di dalamnya.

Foto Rapat Tahunan Hizbul Wathan Cabang Gantung tahun 1941. Sumber: Mat Suud, arsip keluarga Marwansyah Manggar.

Foto lawas Hizbul Wathan Cabang Gantung. Sumber: Mat Suud, arsip keluarga Marwansyah Manggar.
 

 ·         PNI

Partai Nasional Indonesia hadir di Belitung pada tanggal 2 Desember 1928 oleh belasan pemuda tamatan HIS dan Sekolah Gubernemen kelas II. Pelopor berdirinya PNI di Belitung ini ialah Achmad Surya, seorang kader PNI dari Bandung. Kehadiran PNI cabang Belitung langsung di bawah pimpinan M. Sartono (Ketua Afdeling Jakarta) dengan susunan pengurusnya sebagai berikut: 

·         Ketua                          : Achmad Surya

·         Wakil ketua                 : Osman Rachim

·         Sekretaris                    : KA. A. Razak

·         Pembantu I                  : Elias

Pada awal berdirinya, PNI cabang Belitung ini tidak terang-terangan menonjolkan nama PNI. Atas saran dari penasehat dan rapat anggota, maka PNI Belitung berkamuflase dengan nama ITAM. Nama ITAM pun tetap mengandung makna tersendiri, yakni “Indonesia Tetap Akan Merdeka”. Pada 5 Januari 1932, nama ITAM kemudian berganti menjadi Sinar Billiton. Meskipun telah terjadi pergantian nama yang sifatnya kamuflase, namun tujuan gerakan PNI Belitung ini masih sama, yaitu menentang kapitalisme dan imperialisme (Abdul Hadi Adjin, Salim Yah, dan Rosihan Sahib, 1992: 15-16).


·     Parindra (Partai Indonesia Raya)

Parindra merupakan organisasi lanjutan dari Boedi Oetomo yang juga sama-sama didirikan oleh Dokter Soetomo. Sekitar tahun 1937, Parindra secara tidak resmi telah beroperasi di Manggar. Kehadiran Parindra di Manggar ini tidak bisa dilepaskan dari sosok Sastro Diwirjo, seorang propagandis Parindra cabang Jakarta.

Terdapat berbagai alasan terkait dipilihnya Manggar sebagai daerah operasi Parindra di Belitung, misalnya:

·         Letak Manggar yang jauh dari Tanjungpandan (pusat pemerintah kolonial) sehingga para kader Parindra bisa leluasa bergerak.

·         Pelabuhan Manggar yang telah mendukung hubungan antar Manggar dengan kota-kota di Pulau Jawa.

·         Kota Manggar merupakan kota terbesar kedua di Belitung, setelah Tanjungpandan.

·      Di Kota Manggar telah berdiri sekola teknik Ambacht Cursus (AC). Ambacht Cursus merupakan sekolah ikatan dinas dari perusahaan timah NV. GMB. Dengan demikian, sekolah ini merupakan sekolah idaman pemuda di Belitung kala itu. Kehadiran sekolah AC di Manggar dimanfaatkan oleh Sastro Diwirjo untuk menanamkan semangat kebangsaan di kalangan siswanya.

Saat di Manggar, Sastro Diwirjo menyamar sebagai tukang jamu. Sastro Diwirjo diam-diam membuka perpustakaan di balik kios jamunya. Para siswa AC sering mengunjungi kios jamunya Sastro Diwirjo. Bukan untuk menenggak jamunya, tetapi lebih kepada membaca koleksi buku perpustakaan Sastro Diwirjo (Abdul Hadi Adjin, Salim Yah, dan Rosihan Sahib, 1992: 18-19). Bahkan, Hanandjoeddin dalam biografinya yang ditulis oleh Haril Andersen, dikatakan sering mengunjungi perpustakaan Sastro Diwirjo ini. Hanandjoeddin tertarik dengan paham kebangsaan yang dibawa oleh Sastro Diwirdjo.

Foto sebelah kiri: Manggar tahun 1940. Dari caption yang dibuat oleh Kakek H. Abu Hassan tertulis seperti ini: "Para Nasionalis 1940 di kota Manggar" Foto sebelah kanan: Kiriman Bang Rico Pebrico. Kartu anggota Partai Parindra atas nama Kakek H. Abu Hasan. Sumber: Guntur Primagotama. Grup Facebook Belitong Tempo Doeloe. repro by petabelitung.com tahun 2020.


Foto pengurus Parindra cabang Manggar tanggal 25 Mei 1941. Dari kiri ke kanan: Abusamah bin Bujang (Batu Itam, Tg. Pandan) sebagai komisaris I; Maswan bin H. Abdul Gafar (Padang, Manggar) sebagai wakil ketua; Abdullah Zaini (Kp. Arab, Manggar) sebagai penulis; Sastro Diwirjo (pakai sarung) sebagai ketua, Ishak Sani sebagai bendahara, Hasan bin Dullah (Air Saga, Tanjungpandan) sebagai pembantu umum, ………. (tidak dikenal), dan terakhir Mas Su’ud (Padang, Manggar) sebagai Ketua Pandu Surya Wirawan/Ketua Pemuda. Sumber foto: Abdul Hadi Adjin, Salim Yah, Rosihan Rahib, Sejarah Perjuangan Rakyat Belitung (1924-1950), Tanjungpandan: Pemkab Belitung, 1992.


Kedatangan Dokter Soetomo (salah seorang pendiri Boedi Oetomo dan Parindra) di Belitung. Terlihat Dokter Soetomo berpotret dengan istrinya dan staff GMB. Maksud kedatangan Dokter Soetomo ke Belitung ialah untuk menginspeksi hospital (?) yang baru didirikan di Tanjungpandan (1920-an). Sumber foto: Achmad Viqie, Grup Facebook Belitong Tempo Doeloe (BDT)


·        
Noeroel Islam

Organisasi yang bergerak dalam pendidikan Islam ini berdiri pada tanggal 10 November 1937. Menurut biografinya D. N Aidit (2010) yang ditulis oleh Tempo, diketahui bahwasanya ayah dari D. N. Aidit, yakni Abdullah Aidit merupakan salah satu pendiri dari Noeroel Islam. Pada awal berdrinya, Noeroel Islam mengangkat KA. M. Joesoef selaku Demang Belitung Barat sebagai pelindung organisasi. Susunan pengurus Noeroel Islam sebagai berikut:

·         Ketua                    : Elias

·         Wakil ketua           : Abdullah Aidit

·         Sekretaris I            : M. Jatim

·         Sekretaris II          : KA. A. Razak

·         Bendahara             : Talip

·         Komisaris              : Atjis, Hoesin Rachman, Sarip, dan Soelaiman Jasin

Pada tanggal 3 Januari 1938, Nurul Islam mendirikan sekolah Madrasah No. 1 di Tanjungpandan. Usaha mengembangkan pendidikan seperti mendirikan madrasah ini, Nurul Islam memperoleh dananya dari sumbangan atau derma masyarakat sekitar.

Pada tahun 1940, kepengurusan Nurul Islam mengalami perubahan. Berikut pengurusnya yang baru:

·         Ketua                    : M. Jatim

·         Wakil ketua           : Talip

·         Sekretaris I            : M. Hasan

·         Sekretaris II          : Abd. Rasjit

·         Bendahara             : Hoesin Rachim

·         Komisaris              : Soelaijman Jasin, Abd. Hamid, Elias, dan Abdullah

Pada saat serah terima kepengurusan tanggal 2 Februari 1941, diketahui perkembangan organisasi Nurul Islam sebagai berikut:

·         Nurul Islam memiliki 6 cabang dan 4 groef di luar Kota Tanjungpandan dengan 497 jumlah anggota.

·         Nurul Islam telah mendirikan 1 Arabische Schalkelschool, 2 Arabische Volkscholen, 4 Arabische Middangscholen, 2 kursus agama untuk laki-laki, dan kursus agama kaum ibu (Abdul Hadi Adjin, Salim Yah, dan Rosihan Sahib, 1992: 23-27). 

Keterangan foto “Comite van Oprichting Tjabang Noeroel Islam manggar” (Panitia Pembentukan Cabang Noeroel Islam Manggar), 27-07-1941. Sumber foto: Ardie Harliantiano, Grup Facebook Belitong Tempo Doeloe (BDT)


Kaum Ibu Noeroel Islam (KINI) bergambar bersama dalam acara perpisahan Ibu Mas Ayu Cik Nang (x) Penasehat KINI yang dipindahkan ke Bangka (1938) Sumber foto: Husni Husin Abdullah, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di Bangka Belitung, Jakarta: PT Karya Unipress, 1983

Demikian artikel tentang Sejarah Kebangkitan Nasional di Belitung. Kajian lebih lanjut tentu masih harus dilakukan untuk memperkaya kesejarahaan Belitong khususnya pada era Kebangkitan Nasional Indonesia. Semoga bermanfaat.(*)


Penulis : Dony A. Wijaya

Editor : Wahyu Kurniawan

Sumber: petabelitung.com