Video Of Day

ads

Selayang Pandang

Kisah Jamaah Haji PT Timah Tahun 1998 dari Belitong



PETABELITUNG.COM - Abdul Hamid bin Saleh saat itu sedang melanjutkan pekerjaan membantu menggali sumur di rumah anaknya.
Waktu itu awal tahun 1998 Belitung dilanda kemarau panjang hingga 7 bulan lamanya.
Sementara istrinya, Pi'ah binti Mat Yassin sedang menumbuk bumbu di rumah.
Kemudian tiba-tiba seorang tetangga datang menyambangi rumah mereka di Desa Aik Ketekok Tanjungpandan, Belitung.
Tetangga yang merupakan pegawai PT Timah itu menyampaikan kabar bahwa Hamid dan Pi'ah akan menjadi calon jamaah haji dari PT Timah.
Betapa kagetnya Pi'ah mendapat kabar tersebut.
Ia kemudian meninggalkan pekerjaan menumbuk bumbu dan bergegas mengayuh sepeda ke rumah anaknya.
Di sana ia mendapati suaminya sedang berada di dalam lubang sumur.
"Kami sangat bersyukur. Kami benar-benar tidak menyangka sama sekali akan menjadi calon jamaah haji dari PT Timah," ungkap Pi'ah kepada petabelitung.com, Jumat (31/7/2020).
Hamid dan Pi'ah adalah pasangan istri satu-satunya yang menjadi calon jamaah haji yang diberangkatkan oleh PT Timah dari Pulau Belitung. Keduanya mengaku kaget karena status mereka saat itu adalah mantan karyawan, bukan pensiunan.
Seingat Pi'ah, dulu suaminya memang pernah mengajukan diri menjadi calon jemaah haji sewaktu masih menjadi karyawan aktif. Namun usahanya tak membuahkan hasil.
Hamid sejak muda dikenal sebagai tokoh agama, guru ngaji, dan imam di masjid. Pernah sekali dalam karirnya ia mengajukan perubahan hari libur ke hari Jumat lantaran ingin fokus dalam menjalani tugas sebagai khotib. Maka jadilah ia pegawai yang libur hari Jumat dan bekerja pada hari Minggu.
Sehari pasca menerima kabar, Hamid dan Pi'ah langsung diminta berangkat ke Pulau Bangka untuk registrasi. Setibanya di Pangkalpinang, keduanya langsung dibawa ke Sungailiat karena segala urusan administrasi dilakukan di sana.
Betapa kagetnya Hamid dan Pia ketika nama mereka ternyata tidak terdaftar. Perasaan keduanya jadi kalut sehingga tak banyak kata yang bisa diucapkan. Namun petugas kemudian meminta keduanya untuk kembali besok.
Hamid dan Pi'ah kemudian dibawa kembali ke Pangkalpinang. Selama perjalanan, keduanya hanya diam termenung memikirkan kalau-kalau mereka tak jadi berangkat Haji. Rasa gundah gulana sedikit terobati ketika mereka tiba di tempat menginap. Ternyata mereka menjadi satu-satunya calon jamaah haji PT Timah yang ditempatkan di Mess 1.
"Kamarnya besar dan segalanya fasilitasnya lengkap, yang menginap di kamar sebelah kami juga orang barat, setelah ditanya ternyata dia bisa berbahasa Indonesia, dan dia rupanya orang Kanada. Ada kawan yang bilang Mess 1 ini bukanlah tempat untuk orang macam kami, tapi untuk pejabat-pejabat tinggi," ungkap Pi'ah.
Namun Hamid dan Pi'ah tak berani bertanya-tanya. Mereka hanya mengikuti apa yang diarahkan oleh panitia dari PT Timah.
Keesokan harinya Hamid dan Pi'ah kembali ke Sungailiat. Mereka datang sangat pagi dan menunggu petugas mengumumkan nama-nama yang sebelumnya tidak disebutkan. Tak lama kemudian petugas mulai membacakan nama-nama.
"Hamid Saleh kata petugas waktu itu, nama kakek yang disebut pertama-tama. Kami berdua langsung sujud syukur," ungkap Pi'ah.
Setelah pengumuman itu, Hamid dan Pi'ah beberapa kali bolak balik Belitung-Bangka. Sampai akhirnya tanggal 20 Maret 1998 calon jamaah haji dari PT Timah dilepas di Pangkalpinang.
Menurut Pi'ah, suaminya terbilang pegawai yang baik selama karirnya. Tak pernah ia mendengar suaminya mengeluh soal pekerjaan, baik saat dipindahkan ke Manggar ataupun saat harus bertugas ke Pulau Bangka.
Di antara rekan kerjanya, Hamid dikenal sebagai sosok yang alim. Makanya ia juga kadang dipanggil Lebay, sebuah nama untuk tokoh masyarakat yang didapuk sebagai pembaca doa dalam setiap hajatan di Belitong.
"Makanya kalian harus selalu meniatkan dalam hati untuk berangkat Haji. Karena kalau Allah sudah berkehendak, pasti selalu ada saja jalannya," ungkap Pi'ah.(*)

Penulis : Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber: petabelitung.com

Hamid dan Pi'ah berfoto di Jabal Rahmah, Mekah (kanan) dan Masjid Kuba Madinah (kiri) saat menunaikan ibadah haji pada tahun 1998 lalu. Wahyu Kurniawan/repro by petabelitung.com tahun 2020.