Video Of Day

ads

Selayang Pandang

Kisah di Balik Foto Kik Meris Lurah Padang dan Toko Bombay Milik Pengusaha India di Manggar


PETABELITUNG.COM - Foto ini menggambarkan suasana Toko Bombay di Desa Padang, Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur. Diperkirakan foto ini berlatar waktu tahun 1930-an.
Tampak sosok yang berdiri di samping pria berdasi dalam foto tersebut adalah Meris bin Mata. Beliau dulu juga akrab disapa Kik Meris. Pada saat itu, Kik Meris adalah pejabat Lurah Padang.
Kik Meris berasal dari daerah Buding, Kecamatan Kelapa Kampit. Pada masanya, Kik Meris dikenal piawai menjaga ketertiban para pekerja Tiongkok yang bekerja di tambang-tambang timah wilayah Belitung Timur. Ia disegani sehingga para pekerja tersebut tak berani berbuat keributan di kampung-kampung.
Kepiawaiannya dalam menangai para pekerja Tiongkok itu menarik perhatian Demang Manggar. Kik Meris kemudian ditugaskan oleh Demang Manggar menjadi Lurah di Kampung Padang yang merupakan salah satu kampung terbesar di Manggar. Penugasan Kik Meris tak lain agar kehidupan penduduk di Kampung Padang merasa tenang dan nyaman. Sebab pada masa itu terdapat oknum-oknum pekerja Tiongkok yang sering menggangu ketenangan penduduk.
Tidak diketahui latar tema foto Kik Meris di Toko Bombay. Namun yang jelas foto ini merupakan koleksi Sulai, cucu Kik Meris yang sekarang tingga di Dusun Sekep, Desa Lalang, Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur.
Menurut Sulai, Toko Bombay itu dulu berdiri di lokasi SPBU Padang sekarang. Pemilik toko tersebut adalah seorang pengusaha dari India. Dalam foto, pengusaha India itu tampak sedang duduk di kursi, sebelah Kik Meris. Menurut cerita, toko tersebut tutup sekitar tahun 1930-an. Toko ini sebelumnya menjual beragam barang termasuk peralatan elektronik seperti radio. Anak Cucu pemilik Toko Bombay di Desa Padang tersebut kabarnya sekarang berdomisili di Amerika Serikat.
Oiya, mengenai pengusaha India di Belitung.
Terdapat sebuah keterangan dari Renowati Sudjono dalam sebuah tulisan berjudul Embah Roko dan Embah Isteri Djodjodikromo Yang Ku Kenal. Tulisan tersebut ditulis pada 5 Februari 1986 di Bogor.
Renowati Sudjono adalah kakak kandung Herawati Diah, wartawati nasional kelahiran Tanjungpandan, Belitung. Mereka berdua adalah putri dokter Latip yang merupakan dokter perusahaan timah di Belitung tahun 1911-an.
Renowati tinggal di sekitar Klinik Tanjungpendam. Sejak kecil ia sering melihat pedagang dari Bombay datang ke rumah-rumah komplek milik perusahaan timah Belanda.
"Toko-toko sandang pangan boleh dikatakan tidak ada. Tekstil kasar untuk
keperluan rakyat yang kurang mampu dijual di salah satu sudut toko yang menjual
ikan asin dan barang-barang kelontong yang inferieur. Tetapi sebulan sekali
datang seorang India yang disebut “die Bombayer” oleh nyonya-nyonya disana,
yang membawa dua kopor penuh dengan tekstil halus dan bahan sutera. Ia
berkeliling dan rumah ke rumah menawarkan dagangannya. Akan tetapi kalau
kebetulan beberapa nyonya membeli dan memakai baju dan bahan yang sama,
tentu saja timbul kegusaran di hati nyonya-nyonya besar yang genit itu dan
mereka merasa tersinggung hatinya," 
Demikian, kata Renowati dalam tulisannya.(*)

Penulis: Rico Pebrico & Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber: petabelitung.com