Video Of Day

ads

Selayang Pandang

Menilik Hubungan Kuno Belitung dengan Sumatera Barat dan Kalimantan Selatan, Ada Kisah Orang Putih di Dalamnya


PETABELITUNG.COM - Sejarah pulau Belitung masih penuh dengan misteri. Dan satu catatan kuno berikut ini akan menambah panjang daftar misteri yang sudah ada sebelumnya.
Catatan kuno tersebut ditulis oleh J.E. Akkringa.
Dia adalah seorang insinyur pertambangan yang menyelidiki lanskap Belitung pada abad ke-19.
Tulisannya tentang Belitung diberi judul "Verslag van een Onderzoek Naar Tinertssaders op Het Eiland Billiton door wijlen den mijningenieur J.E. Akkringa".
Tulisan tersebut dalam sebuah buku berjudul "Jaarboek van het Mijnwezen in Nederlandsch Oost-Indie," terbitan tahun 1873.
Pada halaman 61 terdapat deskripsi tentang nama tempat bernama Pangkal Batu.
Tempat tersebut berjarak sekitar 1,5 kilometer dari bukit Gunong Tajau. Bukit tersebut pada masa sekarang masuk ke dalam wilayah Dusun Parit Gunong, Desa Air Batu Buding, Kecamatan Badau, Kabupaten Belitung.
Di sekitar Pangkal Batu tersebut terdapat sebuah sungai yang dinamai Sungai Batu.
Menurut Akkringa, ada tradisi lisan yang berkembang di tengah masyarakat setempat soal Sungai Batu tersebut.
"Ada tradisi di antara penduduk daerah itu, di zaman kuno, permukiman dimulai oleh orang asing di sungai Batu, di ketinggian bukit Sarang Naning," tulis Akkringa.
"Dikatakan bahwa, selain dari pulau-pulau asing (Jawa), orang Cina dan Orang Poetie (Seperti Toewan) juga ada. Mereka mengarungi sungai Batu hingga ke bukit Sarang Naning dan untuk waktu yang lama pasti ada sebuah perahu terlihat di sana," lanjut Akkringa.
Berdasarkan catatan ini terdapat dua nama yang bisa dipastikan keberadaannya, yakni Gunong Tajau dan Sungai Batu.
Dalam peta kuno pulau Belitung diketahui bahwa Sungai Batu bermuara ke sungai Buding.
Bagian hulunya berada di sekitar sisi barat perbukitan Gunong Tajam, dekat kampung Kacang Butor.
Sedangkan bukit Sarang Naning tidak terindentifikasi sama sekali dalam peta.
Potongan peta Geologi Pulau Blitong karya Cornelis de Groot terbitan tahun 1887.

Petabelitung kemudian mencoba mencari tempat dengan nama yang sama lewat penelusuran google.
Dan ternyata terdapat satu nama yang sama di Kalimantan Selatan.
Di sana, Sarang Naning juga merupakan nama sebuah bukit yang berlokasi di Ujung Batu, Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
Kata 'Naning' juga muncul dalam wikipedia Malaysia.
Salah satu keterangannya merujuk pada  Tambo Alam Naning dari Mohd Shah bin Mohd Said al-Haj dan diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP), 2000.
Berikut keterangannya :
"Nama Naning dikatakan diambil bersempena satu sarang Naning (binatang penyengat yang bisa) bercorak kuning terus yang ditemui di atas pulau tiga buah sejanjar yang dikenali sebagai Pulau Galang Tiga Sejanjar yang terletak di sebuah paya di Taboh," 
Di Malaysia, Naning adalah nama sebuah kawasan di Malaka. Kawasan tersebut dibuka oleh orang Minangkabau yang berhijrah dari Sumatera pada abad ke-14.
Wilayah Naning disebut menerapkan Adat Perpatih dan diperintah oleh seorang Penghulu.
Adat Perpatih berasal dari tanah Minangkabau.
Salah satu prinsip Adat Perpatih adalah Tempat Kediaman adalah di kawasan ibu isteri: Apabila berlangsungnya sesuatu perkahwinan, si lelaki akan meninggalkan kampung halamannya dan menetap di kawasan ibu isterinya sebagai orang semenda. Pada zaman dahulu si lelaki akan mengusahakan tanah keluarga isterinya.
Hal ini sejalan seperti yang diungkapkan De Groot dalam bukunya berjudul Herinneringen aan Blitong, tahun 1887.
"Terhadap isterinya laki-laki berbuat berlawanan. Sampai pernikahan dilaksanakan dia tunduk mengikuti perempuan, meninggalkan orang tuanya dan pergi dengan kekasihnya ke desa tempat tinggal orangtua isteri, berdiam di sana dan berbuat menurut kehendak isterinya," tulis de Groot.
Pada tahun 1685, VOC melacak sebuah surat dari Kartasura yang ditujukan kepada seorang kepala marinir Melayu yang disinyalir menjadi pelayan Sultan Minangkabau di Belitung. Surat tersebut intinya adalah permohonan bantuan tempur untuk sebuah perang melawan VOC.
Sedangkan Belitung dengan Kalimantan Selatan juga bukannya tanpa kaitan sama sekali.
Seperti diketahui, nama Belitung ikut disebutkan dalam Hikayat Banjar.
Dan bila diperhatikan bukit Sarang Naning masih berada dalam kawasan Kesultanan Banjar.
Letak bukit Sarang Naning di Kalimantan Selatan. repro petabelitung.com 2019/google maps.

Dalam Hikayat Banjar terdapat cerita tentang seorang mantri Kesultanan Banjar sekaligus penyebar agama Islam di Kutawaringin yang datang ke Belitung.
Mantri tersebut bernama Madjan Laut dan anaknya bernama Kiai Gede.
Madjan Laut diceritakan terlibat perselisihan dengan saudaranya sehingga ia memutuskan pergi dan memilih Belitung sebagai daerah tujuannya.
Latar kisah kedatangan Madjan Laut di Belitung ini disebutkan dalam Hikayat Banjar yang diterjemahkan oleh filologi Belanda Hans Ras. Namun prihal kehiduapnnya selama tinggal di Belitung tidak disebutkan sama sekali.
Berdasarkan pengecekan petabelitung.com, ternyata secara geografif pulau Belitung, Sumatera Barat, dan bukit Sarang Naning di Kalimantan Selatan berada dalam satu garis lurus.
Lihat peta pada gambar master di atas.
Apa ini hanya kebetulan saja?
Tentu penelitian lebih mendalam perlu dilakukan pada kesempatan di masa mendatang.
Semoga bermanfaat.(*)
Deskripsi tentang bukit Sarang Naning dalam tulisan Akkringa. repro petabelitung.com/google.


Penulis : Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber : petabelitung.com.