Video Of Day

ads

Selayang Pandang

Sejarah Pembangunan Pariwisata Pulau Belitung pada Era Kemerdekaan Indonesia



PETABELITUNG.COM - Pembangunan pulau Belitung di sektor pariwisata tampak begitu pesat dalam kurun satu dekade terakhir.
Hotel kian bertambah, objek wisata baru bermunculan, jasa dan produk kreatif juga terus berkembang.
Setidaknya begitulah yang terlihat di hadapan kita pada masa sekarang.
Namun tahukah kalian?
Pembangunan sektor pariwisata Belitung sebetulnya sudah dilakukan secara berkesinambungan dari generasi ke generasi.
Bahkan setidaknya sudah dimulai sejak era kolonial Belanda.
Selanjutnya pada era kemerdekaan Indonesia, pembangunan sektor pariwisata kembali diusung pada tahun 70-an.
Adalah Bupati Belitung ke-8 periode (1967-1972) Letkol (Purn) TNI AU H.A.S. Hanandjoeddin yang mengusungnya.
Bupati kelahiran Belitung pertama ini melirik Tanjung Kelayang dan kemudian membangun wisma untuk kepentingan pariwisata di kawasan tersebut pada tahun 70-an.
Wisma Tanjung Kelayang.
Warga berfoto berlatarkan pesanggrahan Telok Gembira usai melaksanakan gotong royong 6 Maret 1973. repro petabelitung.com 2019/dok almarhum K.A. Onie/Rully Hidayat.
Pada masa Bupati Koesnio Hadi (1973-1977) juga dibangun pesanggrahan di pantai Teluk Gembira, Membalong.
Pembangunan pariwisata Belitung kembali menggeliat pada akhir tahun 80-an.
Bupati Belitung ke-14 H. AS. Kristyanto (1986-1991) mengundang investor dalam negeri untuk mengembangkan Tanjung Kelayang.
Serangkaian kegiatan pembebasan lahan kemudian dilakukan oleh investor dalam kurun 1988-1994.
Tahun 1991, dilaksanakanlah acara peletakan batu pertama pembangunan Biliton Beach Hotel di Tanjung Kelayang.
Lima menteri Kabinet Pembangunan V dan dua gubernur hadir pada acara tersebut. 
Kelima menteri itu yakni Menteri Dalam Negeri Rudini, Menteri Transmigrasi Soegiarto, Manteri Perhubungan Azwar Anas, Menteri Koperasi Bustanil Arifin, dan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Soesilo Soedarman. 
Sedangkan gubernur yang hadir yakni Gubernur Sumatera Selatan dan Gubernur Bali Ida Bagus Oka.
Kehadiran investor membuat pembangunan infrastruktur ikut terdampak.
Landasan bandara Buluh Tumbang diperpanjang dari 1600 meter menjadi 2400 meter.
Dalam bidang komunikasi, Belitung juga untuk pertama kalianya mendapatkan pembangunan sentral telpon otomatis.
Kala itu Belitung digadang-gadang menjadi Bali kedua dengan jargon Bali Two.
Perkuatan jargon tersebut dilakukan dengan membuka transmigrasi warga Bali di Pelepak Pute.
Warga Bali yang mengisi transmigrasi tersebut berasal dari kalangan seniman, budayawan, penari, dan pemahat.
Memasuki abad ke-21, peran serta masyarakat dalam pembangunan pariwisata mulai menggeliat.
Salah satunya dengan kemunculan belitungisland.com di internet pada 25 Maret 2000.
Portal yang dikembangkan oleh putra daerah Belitong Rustam Effendie ini boleh dibilang pionir pemasaran pariwisata Belitung secara online.
Selanjutnya sebuah novel berlatar pulau Belitung dan ditulis oleh putra Belitung terbit pada tahun 2005 dan booming.
Novel tersebut berjudul Laskar Pelangi dan ditulis oleh Andrea Hirata, putra kelahiran Lenggang, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur.
Popularitas novel tersebut mendorong banyak orang untuk berkunjung ke Belitung.
Apalagi setelah kemudian novel terebut diangkat ke layar lebar pada tahun 2008.
Dalam kurun tahun 2013-2015 peran aktif masyarakat semakin signifikan dalam menambah jumlah objek wisata baru di Belitung.
Peran aktif tersebut ditunjukkan lewat kemunculan kelompok Hutan Kemasyarakatan (HKm) HKm Gurok Beraye Desa Kacang Butor, HKm Arsel Community Desa Air Selumar, dan HKm Seberang Bersatu, Desa Juru Seberang.
Dari situ kemudian muncullah objek wisata baru seperti Bukit Peramun di Air Selumar, Kecamatan Sijuk dan Gusong Bugis di Juru Seberang, Kecamatan Tanjungpandan.
Pada masa Bupati Darmansyah Husein, untuk pertama kalianya Belitung menjadi destinasi persinggahan event internasional Sail Indonesia 2007 di Tanjung Kelayang.
Setelah rutin menjadi destiansi Sail Indonesia, Bupati Belitung Darmansyah Husein kemudian mengondisikan penyelenggaraan event perahu layar yacht dengan nama Sail Wakatobi-Belitong pada tahun 2012.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono semula dijadwalkan hadir pada acara puncak event tersebut di Tanjung Kelayang. Namun ia batal  hadir lantaran perombakan kabinet dan akhirnya diwakilkan oleh Wakil Presiden Budiono beserta sejumlah menteri dan Panglima TNI.

Tahun 2015 pada masa Bupati Sahani Saleh (Sanem), Belitung kedatangan Presiden Joko Widodo. Pada kunjungan tersebut Presiden menyatakan bersedia memberikan status Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata dengan persyaratan. 
Presiden juga setuju bandara HAS Hanandjoeddin ditingkatkan menjadi bandara internasional.
Selain itu Presiden juga meresmikan Pelabuhan Tanjung Batu yang 10 tahun sebelumnya mengalami berbagai hambatan.
Pada tahun 2016 Pemerintah Indonesia menetapkan Tanjung Kelayang, Belitung sebagai satu dari 10 destinasi pariwisata prioritas nasional. Penetapan itu dilakukan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016.
Tahun 2016 pula Belitung mendapatkan status Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata. Penetapan status tersebut berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2016. Nama yang diusung adalah KEK Tanjung Kelayang.
Kemudian pada 2017, Komite Nasional Geopark Indonesia menetapkan pulau Belitung sebagai Geopark Nasional dengan nama Geopark Belitong.(*)

Penulis : Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber : petabelitung.com.

Foto master : Bupati Belitung sedang meninjau lokasi Teluk Gembira di Kecamatan Membalong pada era tahun 70-an. repro petabelitung.com 2019/dok almarhum K.A. Onie/ Rully Hidayat.