Video Of Day

ads

Selayang Pandang

7 Kebudayaan di Pulau Belitung Ini Nyaris Hilang dan Bahkan Sebagiannya Telah Punah Ditelan Zaman


PETABELITUNG.COM - Tujuh kebudayaan di pulau Belitung ini nyaris hilang dari pandangan dan bahkan dipastikan telah punah ditelan zaman.
Padahal ketujuh kebudayaan tersebut sempat menjadi andalan dan menarik perhatian para penulis Belanda untuk mendokumentasikannya ke dalam buku.
Apa saja tujuh kebudayaan itu?
Yuk simak daftarnya beriku ini guys!

1. Membuat Tembikar

Pembuatan tembikar pernah tercatat berada di perkampungan sekitar bukit Gunong Tajam. Produksinya bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan sendiri, tapi juga untuk melayani pesanan dari berbagai kampung lain.
Cornelis de Groot dalam bukunya tahun 1887 menyebut, produksi tembikar terus berkurang lantaran dianggap kurang ekonomis. Foto di atas adalah contoh bentuk kendi air yang diproduksi di pulau Belitung. Namun kebudayaan pembuatan tembikar kemudian punah ditelan zaman.
Berbagai pelatihan pembuatan keramik di Kabupaten Belitung Timur setidaknya menjadi angin segar untuk melestarikan budaya yang sebetulnya telah lama eksis di Belitong.

Pelatihan Kerajinan Keramik Hias di Desa Senyubuk. facebook Diskominfo Beltim/repro petabelitung.com 2019.


2. Jembatan Titi

Keberadaan jembatan ini di pulau Belitung sudah tercatat sejak abad ke-19. Mungkin sekali penggunaannya lebih lamau dari pada itu. Jembatan ini menggunakan sebatang kayu sebagai pijakan. Sedangkan penyangganya berupa dua tiang yang ditancapkan ke sungai dengan posisi saling menyilang. Jarak antar satu tiang dengan tiang lainnya kurang lebih 2 meter.
Foto di atas adalah contoh jembatan titi pada abad ke-20. Budaya Belitong mengenal nama jembatan dengan istilah keretak.
Gambaran mengenai bentuk jembatan kuno Belitong ini bisa dijumpai di Vietnam dan Serawak Malaysia.
Malah di Vietnam, jembatan ini menjadi atraksi wisata yang menarik perhatian turis asing.

Sumber foto : https://www.vietnamtourism.org.vn/repro petabelitung.com 2019.


3. Melebur Besi

Melebur besi ternyata adalah bagian dari kebudayaan kuno Belitong. Pada abad ke-17 Batavia telah mencatat ekspor sejumlah perkakas seperti parang, pahat, dan lainnya dari pulau Belitung. Pionir perusahaan timah Belitung J.F Loudon yang tiba pada tahun 1851 melihat sendiri bahwa penduduk di pedalaman Belitung telah memiliki alat tukar yang disebut uang paku. Mata uang tersebut dilebur sendiri dan memiliki nilai sebagai alat tukar dalam perdagangan.
Pada masa kini, batu besi dari pulau Belitung melenggang ke luar tanpa banyak mengalami pengolahan. Budaya melebur besi pun punah ditelan zaman.

4. Tari Mancak
Foto ilustrasi. Tari Mancak di Koto Anau. Koto Anau adalah sebuah nagari di Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok, Sumatra Barat..  http://koto-anau-koto-anau.blogspot.com.

Tradisi pesta rakyat dan penyambutan tamu-tamu istimewa dengan pementasan tari-tarian ternyata sudah ada di pulau Belitung setidaknya sejak abad ke-19.
Tanggal 13 Juli 1851 J.F. Loudon mencatat sebuah nama tarian penduduk lokal Belitung. Loudon menulis tarian itu dengan nama "Mancak".
"Tarian bumiputra “mancak”, menarik; beberapa pasangan berdansa dengan pedang terbuka, semacam perkelahian pura-pura," kata Loudon dalam tulisannya yang dipublikasikan di Belanda tahun 1883.
Dan sejak lama pula tarian tersebut hilang ditelan zaman dari tanah Belitung.

5. Menjaring Rusa dan Kijang

Menjaring Rusa dan Kijang pada zaman dulu di pulau Belitung dilakukan oleh para lelaki satu kampung. Pionir perusahaan tambang timah Belitung Cornelis de Groot pun mencatat budaya berburu ini. Dan ia mengaku sangat terkesan lantaran hasil buruan itu ternyata dibagi rata satu kampung. Sebuah rasa kebersamaan dan pengasih itu kata De Groot menjadi contoh betapa baiknya budi pekerti penduduk Belitong.
Seiring berkurangnya areal hutan, keberadaan rusa liar pun semakin sulit ditemui.Budaya berburu rusa menggunakan alat tangkap berupa jaring pun sudah jarang dilakukan, dan digantikan dengan senapan angin.

6. Kuburan Batu

Kuburan Batu ditemukan di sejumlah lokasi di pedalaman pulau Belitong. Yang paling populer di masa lampau adalah makam Datuk Keramat Gunong Tajam di puncak tertinggi pulau Belitung, setinggi 510 meter.
Sejauh yang petabelitung.com ketahui, belum ada penelitian yang serius mengenai bentuk dan pola pemakaman kuno ini. Namun yang jelas penggunaannya sejak lama telah hilang. Selanjutnya kuburan kayu dan coran semen lebih banyak digunakan oleh masyarakat Belitong.

Sebuah kuburan batu di atas puncak bukit Padang Lambaiyan, Kecamatan Simpang Renggiang, Kabupaten Belitung Timur. Makam ini diyakini sebagai makam Datuk Keramat de Padang Lambaiyan yang berkedudukan di Ngabehi Gunong Sepang.


7. Keris Panjang


Budaya keris juga ditemukan di pulau Belitung. Cornelis mencatatanya pada abad ke-19 dan mengatakan nama keris Belitong saat itu adalah keris panjang. Menurut de Groot, panjang bilahnya 44 sentimeter.
Keris ini dimiliki oleh kaum lelaki dan biasa digunakan untuk menghadiri pesta. Setelah abad ke-20, jejak budaya keris di pulau Belitung hampir tak terdengar lagi. Dan kini dipastikan budaya tersebut telah punah ditelan zaman.(*)


Penulis : Wahyu Kurniawan
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber: www.petabelitung.com