Video Of Day

ads

Selayang Pandang

Menelisik Padang Kindang dan Makam Kuno Cong Ben Khong di Cendil


PETABELITUNG.COM - Suryatin atau akrab di sapa Tapo' (61 Tahun), bertemu dengan ku ketika aku pulang dari Tanjung Batu Pulas. Beliau membawa kayu yang diikuti oleh dua ekor anjing piaraan. Aku pun penasaran karena belum dapat satu cerita di sini. 
Hari ini aku coba sendiri menuju Tanjung Batu Pulas-Cendil. Ku hampiri beliau sembari menanyakan buah yang ada di dekat kebunnya. Obrolan pun berlanjut dengan cerita komplek makam kuno Tionghoa Cong Ben Khong. 
Beliau pun bercerita bahwa di kebunnya ada juga sebuah makam berupa gundukan tanah dan bernisan batu granit pipih dan diyakini itu adalah makam Tionghoa juga. Cerita pun berlanjut dengan sebuah tragedi Jamur atau kulat, yaitu sebuah tempat yang dinamakan "Aik Mabok" dan beberapa makam tua. 
Makam-makam tersebut adalah orang yang meninggal keracunan karena memakan "kulat" ( jamur yang bentuknya mirip seperti "Kulat Pelandok). 
Seperti yang dikisahkan dari Kik Tapo' bahwa sekumpulan masyarakat yang "beume" menyantap masakan kulat. Ternyata Kulat yang mereka santap tersebut tergolong kulat yang beracun. 
Namun kebanyakan orang meyakini bukan kulat yang jadi peyebab keracunan, tapi air sungai untuk mencuci kulat tersebut. Maka kemudian sungai kecil tersebut dinamai "Aik Mabok".
Aku pun penasaran untuk melihat makam tersebut sesuai petunjuk jalan yang diberitahukan oleh Kik Tapo'. Namun aku tak bertemu dengan makam tersebut, karena jalan tersebut dihalangi oleh pohon yang tumbang. 
Begitu juga jalan menuju Tanjung Batu Pulas, yang membuat aku harus mematahkan ranting pohon yang rebah, agar aku bisa sampai ke Batu Pulas. Belum puas rasanya eksplore hari ini.

Simak foto-fotonya berikut ini :

Suryatin sedang berkendara sambil mengangku kayu. Foto: Haryanto.

Aik Menguru. Foto: Hayanto.

Makam kuno Tionghoa Cong Ben Khong di Cendil. Foto: Hayanto.

Makam kuno Padang Kindang berlatarkan perbukitan Gunong Tajam. Foto: Hayanto.

Suryatin alias Tapo'. Foto: Hayanto.

Penulis: Haryanto
Editor: Wahyu Kurniawan
Sumber: facebook Yant Yanto Haryanto.